Sukses

Tak Bahas Pencucian Uang, Capim KPK Ade Maman Dicecar Pansel

Dalam sesi wawancara terbuka, Ade dicecar karena tidak mencantumkan pentingnya tindak pidana pencucian uang (TPPU) dalam makalah.

Liputan6.com, Jakarta - ‎Calon pimpinan (capim) KPK yang pertama berhadapan dengan panitia seleksi (pansel) KPK adalah dosen dari Universitas Soedirman Ade Maman Suherman. Dalam sesi wawancara terbuka, Ade dicecar karena tidak mencantumkan pentingnya tindak pidana pencucian uang (TPPU) dalam makalah yang diserahkan pada pansel.

"Di makalah, Anda tidak mencantumkan soal TPPU. Memang TPPU tidak penting?" kata anggota Pansel KPK Yenti Ganarsih, di Gedung Setneg, Jakarta, Senin (24/8/2015).

Mendengar pertanyaan itu, Ade terlihat kebingungan dan gugup. Bahkan, sampai salah dengar TPPU menjadi KPU. Setelah menenangkan diri, ia pun berusaha menjawab pertanyaan tersebut.

"Maaf tadi saya kira ditanyakan soal KPU, ternyata TPPU. Jujur memang saya tidak cantumkan dalam artikel awal dalam seleksi ini dan tidak angkat TPPU. ‎Saya berpendapat itu penting walau saya tidak masukkan. ‎Konsep pemiskinan koruptor bisa efektif karena uang hasil korupsi bisa dijerat TPPU," jawab Ade.

‎"Nah, jadi nanti kalau sudah jadi komisioner jangan lupa ya soal TPPU," timpal Yenti.

Dalam kesempatan ini, Ade juga menegaskan bila dirinya menjadi pimpinan KPK, ‎maka lembaga anti-rasuah itu akan lebih berfokus pada pencegahan, bukan penindakan. Ia juga memahami KPK bisa jadi lembaga yang kurang 'seksi' untuk diberitakan karena mengutamakan segi pencegahan.

"Lebih preventif konsep saya seperti itu. Pencegahan dari segi pemberitaan kurang menarik. Tapi penindakan rating lebih tinggi," ujar Ade.

Menurut dia, pencegahan tindak pidana korupsi akan membawa dampak signifikan dari sisi ekonomi. Kegiatan pencegahan itu antara lain adalah melaksanakan focus grup discussion (FGD), kampanye antikorupsi, dan penelitian yang melibatkan perguruan tinggi.

‎"Ini bisa dikaitkan masalah ekonomi, kalau ada penangkapan ada cost berikutnya. Kalau pencegahan bisa minimalisir dan lebih ringan dari segi cost," tandas Ade. (Mut)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini