Sukses

Ketika Gadis Desa Bengkulu Menjadi Corong Informasi

"Masalah utama kita di desa ini, banyak perempuan yang putus sekolah, lalu menikah di usia muda."

Liputan6.com, Bengkulu - Sore menjelang magrib, 7 gadis bergegas ke Balai Desa Sumber Urip, Kecamatan Selupu Rejang, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu sambil menenteng alat tulis sederhana.

Desi Anggraini (19) berjalan beriringan dengan Setio Rini (22) bergegas berjalan sambil berdiskusi ringan. "Ini sudah edisi keempat koran kita terbit ya," ujar Rini diiyakan Desi.

2 Gadis desa yang berada di kaki Gunung Kaba itu menyimpan segudang rencana pemberitaan yang akan mereka tuangkan dalam penerbitan 'Lentera Perempuan' yang mereka sebut sebagai koran.

Desi mengatakan, informasi adalah cahaya dunia, dengan keterbatasan informasi dunia terasa tertutup dan gelap gulita ibarat seekor katak yang hidup dalam tempurung. Kondisi masyarakat khususnya kaum perempuan desa seperti mereka, harus diberikan pengetahuan tentang banyak hal agar bisa sejajar dengan pria.

Setiba di Balai Desa, 5 orang rekannya sudah tiba terlebih dahulu, sejenak kemudian, mereka mulai terlibat dalam diskusi serius sambil duduk bersila di tikar anyaman pandan sambil menyeruput teh hangat dan ubi rebus.

"Masalah utama kita di desa ini, banyak perempuan yang putus sekolah, lalu menikah di usia muda, bahkan banyak kasus hamil di luar rumah, masalah ini yang harus menjadi topik utama edisi kita yang keempat nanti," ujar Desi yang menjadi salah seorang pengurus komunitas jurnalis 'Lentera Perempuan' Desa Sumber Urip sambil menuliskan rencana peliputan di atas secarik kertas beberapa waktu lalu.

(Liputan6.com/ Yuliardi Hardjo Putro)

Bahaya Hamil di Bawah Umur

Diskusi terus berkembang dengan pembahasan topik liputan bahaya reproduksi bagi perempuan hamil di bawah umur, masalah kesehatan masyarakat di musim kemarau dan Pos Pelayan Terpadu bagi balita. Media ini kata Desi juga akan dimanfaatkan untuk mempublikasikan hak kesehatan seksual dan reproduksi, informasi seputar pertanian, dan sosial kemasyarakatan.

"Secara khusus, kita ingin desa kita bebas dari kasus kekerasan terhadap perempuan, juga memperjuangkan hak-hak perempuan secara hukum dan politik," ujar gadis yang baru setahun menamatkan pendidikan SLTA dan memilih bekerja di ladang sayuran milik orangtuanya.

Menurut Setiyo Rini, dengan media yang mereka terbitkan, sedikit membantu perempuan dan gadis desa memiliki pengetahuan dan membuka mata mereka agar tidak terbujuk rayuan untuk kawin muda.

Dan, menginspirasi untuk berupaya melakukan usaha yang bisa mendatangkan uang untuk kebutuhan dan bekal jika nanti sudah berumah tangga.

"Semua yang kami kerjakan masih dengan peralatan sederhana, memang ada bantuan dari salah satu LSM peduli perempuan yang mau meminjamkan alat kerja seperti komputer, kamera, dan pelatihan dasar jurnalistik. Tetapi kami merasa itu masih kurang, perhatian pemerintah sama sekali tidak ada, mungkin mereka mau melihat keseriusan kami, baru mau membantu," ujar Setiyo Rini. (Mvi/Ans)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini