Sukses

Pendaki Asal Sukabumi Tewas Tertimpa Batu di Gunung Semeru

2 Orang pendaki tertimpa batu besar yang jatuh dari puncak gunung tertinggi di pulau Jawa itu. Seorang pendaki meninggal dunia.

Liputan6.com, Malang - Kabar duka kembali datang dari puncak Gunung Semeru. 2 Orang pendaki tertimpa batu besar yang jatuh dari puncak gunung tertinggi di Pulau Jawa itu. Seorang pendaki meninggal dunia, sedangkan satu pendaki lagi mengalami patah kaki.

Korban meninggal dunia adalah Dania Agustina Rahman (19), warga Jalan Arif Rahman Hakim Perbata No.4 RT 04 RW 04 Kelurahan Benteng, Kecamatan Warudoyong, Sukabumi, Jawa Barat. Korban mengalami luka pada bagian kepala dan patah kaki kiri. Jenazah korban pada Rabu malam dibawa menuju RS Umum Lumajang, Jawa Timur.

Korban patah kaki atas nama M Rendyka (20), mahasiswa Universitas Harapan Mandiri Medan, Sumatera Utara. Warga Jalan Penguin 7 No.157 Dusun Kenanga Baru, Kecamatan Pecut Sei Tuan, Deli Serdang ini kini dirawat di RS Syaiful Anwar Malang, Jawa Timur. Rencananya, korban akan menjalani operasi atas patah kaki kanan yang dideritanya.

"Kejadian sekitar pukul 05.45 pagi dengan lokasi kejadian keduanya sama, hanya sekitar 30 menit lagi saat perjalanan menuju puncak. Keduanya tertimpa batu besar yang jatuh dari puncak Semeru," kata Kepala Bagian Data dan Humas Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) Khairun Nisa melalui pesan pendek di Malang, Rabu 12 Agustus malam.

Kedua pendaki itu berasal dari rombongan yang berbeda. Kebetulan saat itu keduanya bersama rombongan masing-masing dalam perjalanan menuju puncak Semeru.

Ironisnya, peristiwa ini hanya berselang 2 hari dari kabar hilangnya Daniel Saroha (31), warga Kampung Bojong Jengkol RT 02/ RW 10 Desa Cilebut Barat, Bogor, Jawa Barat. Apalagi pencarian terhadap pendaki ini juga belum membuahkan hasil.

"Semeru berduka, sekarang Gunung Semeru kita tutup total untuk pendakian sampai ditemukannya survivor atas nama Daniel Saroha," tandas Nisa.

Kejadian Berlangsung Cepat

Sementara itu, Yoga Aditia (18) yang tak lain adik dari M Rendyka (20) yang mengalami patah tulang pada kaki kanannya setelah dihantam batu besar, menceritakan pengalamannya. Nasib kedua pemuda warga Deli Serdang ini jauh lebih beruntung dibanding Dania.

"Saat itu kejadiannya sangat cepat, tiba-tiba ada pendaki di atas kami yang berteriak batu jatuh," kata Yoga di RS Syaiful Anwar Malang, Jawa Timur, Rabu malam.

Yoga dan kakaknya Rendyka tiba di Malang pada Senin 10 Agustus lalu. Mereka bertemu dengan 17 pendaki lainnya di Stasiun Kota Baru Malang dan bergabung menjadi rombongan besar. Mereka memilih naik langsung ke Gunung Semeru dan mendirikan tenda di Pos Kalimati. Pada Rabu dini hari mereka meneruskan perjalanan menuju puncak.

Menurut Yoga, perjalanan menuju puncak Semeru saat itu sudah penuh sesak dipadati oleh para pendaki dengan tujuan yang sama. Peristiwa nahas itu sendiri terjadi pada Rabu pagi sekitar pukul 05.45.

"Mungkin saat itu sudah ada sekitar 200 pendaki yang berjalan beriringan menuju puncak. Satu di antara pendaki yang berjalan beriringan dengan kami itu ya korban Dania. Saya tak mengenalnya karena kami berbeda rombongan," ujar Yoga.

Saat puncak Semeru sudah di ambang mata, peristiwa nahas itu terjadi. Diduga ada pendaki yang salah menginjak dan menyebabkan bongkahan batu besar jatuh ke bawah. Batu menggelinding dengan cepat dan sekumpulan para pendaki memilih menghindar dengan mengambil posisi ke sebelah kanan.

"Kami perkirakan batu itu akan jatuh ke arah kiri, tapi batu itu menghantam tebing dan terbelah jadi dua lalu memantul ke arah kanan menimpa kami," ucap Yoga.

Yoga bisa menghindar, tapi batu itu menghantam kaki kakaknya, M Rendyka. Sedangkan korban Dania yang saat itu hanya berjarak sekitar 3 meter dari keduanya dalam posisi duduk beristirahat. Dania tak siap menghindari batu itu dan meninggal seketika setelah dihantam batu tepat dibagian kepalanya.

"Korban saat itu sepertinya sudah dalam posisi tak kuat menuju puncak, tapi terus disemangati oleh kawannya agar melanjutkan perjalanan. Dia dalam posisi tak siap saat batu itu jatuh dari atas," ungkap Yoga.

Usai peristiwa itu, para pendaki memilih menghentikan perjalanan menuju puncak. Mereka bersepakat untuk turun dan membawa jenazah Dania turun ke bawah menuju Pos Ranupani. "Kami membuat tandu dengan peralatan seadanya untuk membawa jenazah korban turun ke bawah," kata Hendry. (Ado/Mar)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini