Sukses

PNS di Turki Boleh Telat Masuk Kerja, Asal..

Bekerja di mana pun tentu harus disiplin. Tapi tak demikian dengan aturan yang diterapkan untuk para pegawai pemerintah di Turki ini.

Liputan6.com, Erdine - Bekerja di mana pun tentu harus disiplin. Salah satunya dengan datang tepat waktu alias tak terlambat. Tapi tak demikian dengan aturan yang diterapkan untuk para pegawai pemerintah di Provinsi Erdine, Turki.

Di sana, para pegawai yang datang telat justru diberi insentif bekerja. Asalkan, mereka telat karena mengikuti progam kesehatan bernama Our Cure is Sport.

Jam kerja pemerintahan Erdine biasanya dimulai pukul 08.30 pagi. Tapi bagi mereka yang berpartisipasi dalam program ini, mereka diperbolehkan telat selama 1 jam.

Para pegawai itu diwajibkan olahraga sesuai dengan kebutuhan, didampingi oleh pelatih pribadi dan ahli gizi. Sejauh ini, menurut the Haber 7 seperti dikutip oleh BBC, telah ada 70 orang pegawai negeri sipil (PNS) mengikuti program yang diluncurkan pertengahan awal bulan Agustus ini.

'Our Cure is Sport' adalah ide dari Gubernur Erdine, Dursin Ali Sahin. Ia merasa bahwa olahraga pagi sangat bermanfaat bagi tubuh.

"Saya jalan kaki di pagi hari sebelum bekerja. Rasanya menyenangkan," kata Sahin. "Saya pikir para penderita kolesterol tinggi dan obesitas perlu waktu untuk berolah raga, sebagai solusi kesehatan mereka sebelum mereka bekerja."

"Kalau mereka mulai kerja pukul 08.30, tidak masalah mereka masuk 09.30 selama mereka berolahraga," kata Gubernur Sahin kepada media seperti dikutip dari dailysabah.

Gubernur Dursin Ali Sahin yang giat melawan obesitas (BBC)

Gubernur Sahin berharap Our Cure is Sport dapat membuat pekerja di lingkungan pemerintah menjadi lebih sehat. Selain itu bisa mengurangi jumlah penderita obesitas. Namun ia tidak menjelaskan secara detail, bagaimana para peserta program tersebut dimonitor, apakah mereka benar olahraga atau sekedar menambah jam tidur.

Gubernur berusia 64 tahun ini sangat ambisius dengan program kesehatan. Januari 2015 lalu, ia melarang orang naik lift dari lantai satu ke lantai tiga. Larangannya tidak berlaku untuk rumah sakit dan rumah jompo.

Gubernur Sahin juga melarang pemakaian garam dan gula secara berlebih di restoran dan kafe di provinsi yang ia pimpin.

Turki adalah salah satu negara di Eropa yang berjuang melawan obesitas. Tercatat ada 61,9% orang dewasa dalam kondisi overweight, sementara 27,8% lainnya obesitas. Negara ini menduduki peringkat ke-3 terkait masalah obesitas di Eropa.

Menurut data WHO seperti dikutip dari Time, negara pemerintahan Erdogan ini berada di peringkat ke-7 negara dengan penduduk kelebihan berat badan di Eropa.

Peringkat pertama di Eropa sebagai negara berpenduduk kelebihan berat badan dan obesitas adalah Republik Ceko.

Menurut Turkish Statistics Institute (TUIK), obesitas meningkat drastis hingga 44% dari tahun 2002 ke 2014.

Lembaga tersebut meneliti kenaikan berat badan yang signifikan di tiap individu dikarenakan sedikitnya kesempatan berolahraga. Selain tidak adanya waktu untuk bergerak secara fisik, kesibukan membuat mereka mengkonsumsi makanan cepat saji dan makanan beku.

Ditambah lagi, ada idiom dari negara itu yang mengatakan "pria tanpa perut buncit, seperti rumah tanpa balkon." (Rie/Tnt)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini