Sukses

Polisi Gadungan Ledakkan Diri di Akademi, 20 Kadet Tewas

1.591 Warga Afghanistan dilaporkan tewas dalam 6 bulan pertama di tahun 2015.

Liputan6.com, Kabul - Serangan bom bunuh diri terjadi dua kali dalam waktu 24 jam di jantung ibu kota Afghanistan. Ledakan pada Jumat 7 Agustus 2015 di depan pintu masuk akademi kepolisian setempat, menewaskan 20 siswa polisi dan melukai 25 lainnya.

Pengebom yang menjadi polisi gadungan, menyamar mengenakan seragam polisi dan meledakan dirinya begitu masuk gedung akademi itu.

Ini adalah ledakan bom bunuh diri kedua, setelah sebelumnya, di pagi hari di hari yang sama, sebuah truk berisi bahan peledak meledak di luar akademi militer Afghanistan. Ledakan tersebut menewaskan 15 dan melukai ratusan lainnya.

"Semua korban berasal dari sipil. Tidak ada dari militer," kata juru bicara rumah sakit Kabul, Kabir Amiri kepada Guardian yang dikutip Sabtu (8/8/2015).

Taliban lewat juru bicaranya, Zaibullah Mujahed, mengaku bertanggung jawab atas serangan di akademi polisi tapi tidak dengan ledakan bom truk.

Ledakan ketiga terdengar di malam hari di daerah Qabasa, utara bandara Kabul. Tak lama kemudian, terdengar suara rentetan senjata.

Qabasa adalah area di mana kantor anti-narkotik dan beberapa fasilitas militer milik AS berada. Namun, sejauh ini belum ada kabar mengenai kerusakan atau korban.

Serangan Jumat 8 Agustus 2015 kemarin -- dengan total kematian mencapai 35 korban, disebut-sebut serangan paling mematikan semenjak Desember 2011 di mana lebih dari 50 jemaah Syiah di Masjid Abu Fazl yang tengah merayakan hari Ashura tewas.

Serangan Jumat berdarah ini terjadi setelah seminggu pengumuman kematian pemimpin Taliban Mullah Omar. Ia dikabarkan meninggal 2 tahun lalu.

Pengumuman yang baru diendus pihak inteligen ini berindikasi bahwa telah terjadi 'rebutan' kekuasaan pengganti Omar. Minggu lalu, majelis pemimpin mengumumkan Mullah Akthar Mansour sebagai pengganti Omar. Akthar Mansour adalah wakil Mullah Omar dari 2010.

Namun penunjukkannya menjadi polemik di tubuh Taliban, karena Akthar Mansour dianggap 'lembek' terhadap pemerintahan Afghanistan. Karena polemik ini, Taliban mengundurkan waktu untuk rekonsiliasi dengan pemerintah yang seharusnya dilakukan di hari Jumat pekan ini.

Insiden 8 Agustus 2015 ini merupakan yang pertama, sejak PBB meluncurkan data jumlah warga sipil Afghanistan yang tewas akibat perang mencapai rekor tertinggi. Pada 6 bulan di tahun 2015, tercatat sudah 1.591 warga Afghanistan tewas dan 3.329 lainnya luka-luka.

(Rie/Tnt)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini