Sukses

Jamuan Khusus Suksesi Muhammadiyah

Meski berjalan lancar, dalam sidang tanwir muncul nada protes. Penyebabnya, tidak ada satu pun yang mewakili perempuan.

Liputan6.com, Makassar - Berbagai makanan khas asal suku Bugis dan Makassar tersaji di atas meja. Di antaranya songkolo begadang, nasi kuning, dan tak lupa coto makassar. Selain makanan yang tergolong berat, juga tersaji banyak makanan ringan. Seperti bikang doang, pisang goreng, dan ubi goreng lengkap dengan sambal khas Makassar.

Aneka makanan itu disajikan oleh Walikota Makassar Muhammad Ramdhan Pomanto khusus untuk menjamu rombongan peserta Muktamar Muhammadiyah yang di pimpin langsung oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin.

Muktamar organisasi Islam Muhammadiyah tahun ini memang berlangsung di Makassar, Sulawesi Selatan, 3-7 Agustus 2015.

Pelaksanaan Muktamar Muhammadiyah ke-47 ini bertepatan dengan Muktamar organisasi Islam besar lainnya yakni Nahdlatul Ulama (NU), yang berlangsung di Jombang, Jawa Timur.

Menyambut perhelatan besar ini, Walikota Makassar menjamu tamu muktamar makan malam di kediamannya, Jalan Amirullah, Kecamatan Mamajang, Makassar, Sabtu 1 Agustus 2015.

Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin (ketiga dari kiri) saat jamuan makan malam oleh Walikota Makassar Muhammad Ramdhan Pomanto, Sabtu (1/8/2015). (Liputan6.com/Eka Hakim)

Dalam sambutannya, Ramdhan Pomanto yang akrab disapa Danny mengaku memiliki hubungan dekat dengan Muhammadiyah. Sebab, dulu sang ibu merupakan kader tulen Muhammadiyah. Sedangkan ayahnya kader NU. Dengan demikian, Danny mengatakan sudah terbiasa dengan para kader Muhammadiyah dan NU.

"Saya lahir dari keluarga NU dan Muhammadiyah. Ibu saya seorang kader Muhammadiyah tulen, sedangkan ayah saya juga kader dari Nahdlatul Ulama (NU). Sehingga saya dan Muhammadiyah memiliki kedekatan emosional," ujar lelaki asal Sombere, Makassar ini.

Din sendiri mengucapkan terima kasih karena telah disambut dengan sangat baik oleh tuan rumah. "Terima kasih Pak Walikota beserta jajaran dan seluruh masyarakat, yang telah menyambut dengan ramah kedatangan para delegasi dan penggembira muktamar di Makassar," ujar Din.

Sambutan hangat untuk peserta muktamar tidak hanya berlangsung di meja makan. Sehari sebelumnya atau Jumat 31 Juli, saat rombongan Din tiba di Kota Makassar, mereka disambut tarian khas suku Tana Toraja yang merupakan salah satu suku terbesar di Sulawesi Selatan.

Selain penyambutan dengan tarian khas suku Tana Toraja, Din Syamsuddin juga diberi sebuah songkok khas suku Bugis-Makassar yang bernama Songkok to Bone.

Songkok to Bone merupakan kerajinan khas Sulsel yang telah mendunia. Bahkan wisatawan mancanegara pun jika ke Sulsel menjadikan Songkok to Bone sebagai oleh-oleh untuk keluarganya.

39 Nama

Muktamar Muhammadiyah diikuti sekitar 3.000 peserta dari berbagai daerah di Indonesia. Rencananya, muktamar akan dibuka Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla pada Senin (3/8/2015).

Pada Minggu 2 Agustus 2015, muktamar menggelar sidang tanwir untuk memilih calon ketua umum Pengurus Pusat Muhammadiyah yang baru.

Tercatat 39 nama tokoh Muhammadiyah tersaring masuk dalam daftar calon ketua umum organisasi Islam tersebut. Satu di antaranya adalah mantan Komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Busyro Muqoddas. Nama Busyro berada pada urutan lima besar.

Dalam perhitungan yang dilakukan dengan sistem online, Busyro meraih 112 dukungan suara. Sementara peraih dukungan terbanyak dan berada di posisi pertama adalah dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Anwar Abbas. Dia meraih 119 suara.

Kemudian disusul Dahlan Rais yang merupakan adik kandung mantan Ketua MPR RI Amien Rais. Dahlan meraih 115 suara, sama dengan suara yang diperoleh Abdul Mutti.

39 Nama yang masuk daftar calon ketua umum PP Muhammadiyah periode 2015-2020 itu, selanjutnya akan dibawa ke sidang Muktamar Muhammadiyah. Dalam sidang, pemilik suara muktamar akan menyeleksi lagi 39 nama itu menjadi 13 nama calon ketua umum.

Minus Perempuan

 Ketua Umum PP Nasyiatul Aisyiyah Norma Sari‎ dalam Muktamar PP Muhammadiyah di Makassar, Sulawesi Selatan. (Liputan6.com/Eka Hakim)

Meski berjalan lancar, namun dalam sidang tanwir muncul nada protes. Penyebabnya, dari daftar calon ketua umum tersebut tidak ada satu pun yang mewakili perempuan.

Padahal, Muhammadiyah memiliki beberapa kader perempuan terbaik. Di antaranya Siti Noordjannah Djohantini, Rahmawati Husein, Isnawati Rais, dan Dyah Siti Nuraini.

Menanggapi hal ini, Ketua Umum PP Nasyiatul Aisyiyah‎ Norma Sari mengatakan, realitasnya saat ini semua bidang garap dakwah Muhammadiyah masih memerlukan perspektif perempuan dan anak.  Muhammadiyah juga tetap akan lebih ramah terhadap isu perempuan dan anak jika dalam jajaran kepemimpinannya ada unsur perempuan.

"Sejalan dengan tema Muktamar, gerakan pencerahan merupakan praksis Islam yang berkemajuan untuk membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan. Gerakan ini juga berkomitmen untuk mengembangkan relasi sosial yang berkeadilan tanpa diskriminasi, memuliakan martabat manusia laki-laki dan perempuan," ujar Norma Sari.

Masih kata Norma, harapan masuknya unsur perempuan dalam kepemimpinan inti di Muhammadiyah sama sekali tidak mengerdilkan arti dari kiprah gerakan sayap perempuan Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah.

"Sejak Muktamar Muhammadiyah ke-46 di Yogyakarta, salah satu unsur ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah adalah Ketua Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah secara ex officio. Hal ini mestinya dilanjutkan dengan tetap adanya unsur perempuan di luar ex officio tersebut," papar Norma.

Dia melanjutkan, "karena dalam sejarah Muhammadiyah perempuan pernah masuk dalam jajaran pimpinan seperti Ibu Siti Baroroh Baried."

Ia berharap, adanya perempuan dalam kepemimpinan Muhammadiyah tidak dinilai berlebihan. Mengingat sejak awal organisasi ini didirikan secara prinsip sangat mendorong kemajuan kaum perempuan. Muhammadiyah selama ini juga mendorong dan mendukung penuh perempuan untuk berkiprah lebih luas mengisi posisi jabatan publik.

"Harapan untuk Muktamar kali ini adalah bagaimana 13 pimpinan yang terpilih nanti tetap mengakomodir beberapa perempuan dalam unsur inti kepemimpinan Muhammadiyah. Sekali lagi bukan memaksakan keberadaan perempuan, tetapi agar Gerakan Berkemajuan semakin dekat dengan cita-cita yang dicapai, salah satunya soal perempuan dan anak," tukas Norma Sari.

Tanggapan Din

Terkait hal ini, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin angkat bicara. Din mengatakan, di organisasi Muhammadiyah kader perempuan berada di Aisiyah. Sementara kader laki-laki ada Muhammadiyah. Tidak ada batasan bagi seluruh kader termasuk kader perempuan untuk mendaftar dalam pencalonan kepengurusan di Muktamar Muhammadiyah.

Demikan juga pada Muktamar Aisiyah, tidak ada larangan bagi kader laki-laki untuk masuk di dalamnya. "Jadi tidak ada namanya diskriminasi terhadap kader perempuan maupun kader laki-laki. Semua bisa ikut dalam Muktamar Muhammadiyah maupun Muktamar Ais‎iyah,” jelas Din di Auditorium Al-Amien kampus Universitas Muhammadiyah Makassar, Minggu 2 Agustus 2015.

Din melanjutkan, "sekali lagi saya katakan, Muhammadiyah sifatnya sangat terbuka dan tidak ada sedikit pun bentuk-bentuk diskriminasi seperti kabar yang berhembus."

Muktamar Muhammadiyah di Makassar, Sulawesi Selatan. (muktamar47.muhammadiyah.or.id)

Tidak hanya memastikan soal diskriminasi, anggota Panitia Pemilih Muktamar Muhammadiyah, Saleh Partaonan Daulay, juga mengatakan muktamar ke-47 ini bersih dari intervensi partai politik. Hal ini lantaran sistem pemilihan dan kedewasaan Muhammadiyah dalam berdemokrasi dinilai sudah teruji.

"Di Muhammadiyah ini aneh. Justru yang kelihatan kasak-kusuk dan ambisius akan ditinggalkan. Kelahiran tokoh dan pemimpin Muhammadiyah selalu natural. Tidak ada pemimpin karbitan yang tiba-tiba muncul begitu saja," kata Saleh dalam keterangan tertulisnya.

Sistem dan mekanisme pemilihan berjenjang dan panjang juga dinilai sebagai penghambat masuknya intervensi asing ke dalam muktamar. Sebelum muktamar, sistem dan mekanisme pemilihan telah dibicarakan pada sidang tanwir satu tahun sebelum muktamar.

"Karena itu, tidak ada black campaign. Kalaupun ada yang coba-coba, biasanya tidak akan didengar. Apalagi, muktamirin sudah mengenal rekam jejak masing-masing kandidat," ujar mantan Ketua PP Pemuda Muhammadiyah ini. (Sun/Ans)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini