Sukses

Reaksi Keluarga Korban MH370 Soal Kabar Temuan Puing Misterius

Keluarga masih belum mau percaya bahwa seluruh penumpang dan kru MH370 telah meninggal.

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Perasaan Jacquita Gomes tak karuan: kaget, berharap, sekaligus bingung apakah ia harus mempercayai puing yang ditemukan di La Reunion adalah pecahan MH370 yang hilang 16 bulan lalu, atau jangan-jangan, itu petunjuk yang salah.

Ia yang tak percaya suaminya meninggal, masih berharap, di suatu tempat nun jauh di sana, belahan jiwanya masih hidup. Menurut dia, MH370 hanya sedang dibajak.

"Di satu sisi relung hatiku, aku ingin mempercayai bahwa puing itu berasal dari pesawat yang merenggut kehidupan suamiku, jadi aku bisa menguburkan Patrick dengan baik. Ini sudah satu tahun lebih, aku ingin dia beristirahat dengan tenang," kata istri supervisor flight attendant itu kepada ABC.

"Namun, di sisi lain, aku berharap, itu tak benar. Aku selalu menantikan berita bagus. Tahu kan? Bahwa banyak cerita orang-orang dibebaskan setelah disandera selama satu tahun. Jadi, selalu ada harapan meskipun itu tidak terlalu nyata."

Keluarga 239 penumpang--yang dua per tiganya dari China-- telah menderita begitu lama setelah pesawat hilang pada 8 Maret 2014 dalam perjalanan dari dari Kuala Lumpur menuju Beijing.

Penemuan puing yang disebut-sebut bagian dari MH370 juga masih menyisakan keraguan bagi para keluarga.

"Aku tidak bisa istirahat. Jantungku berdegup setiap menonton berita," kata Elaine Chew di Kuala Lumpur. Suaminya David Tan Size Hiang adalah salah satu awak pesawat di penerbangan itu.

Penemuan di La Reunion juga mengikis harapan Wang Zheng, yang orang tuanya berada di pesawat itu. Ia selalu berharap para penumpang masih hidup.

"Semua harapan musnah," kata Wang. "Aku bingung dan emosional di waktu yang bersamaan."

Yang bisa dilakukan Wang saat ini adalah menanti proses investigasi, untuk menentukan apakah benar itu merupakan puing MH370.

Hilangnya para korban membuat keluarganya di China serba salah. Sesuai kepercayaan di Tiongkok, keluarga harus memakamkan jasad para mendiang, agar kehidupan bisa berlanjut di akhirat.

Sementara, Zhang Qian, yang suaminya adalah salah satu dari 153 penumpang asal China mengatakan, temuan di La Reunion kurang meyakinkan.

"Aku tidak yakin. Bagaimana bisa sejauh itu?" kata Zhang, 29 tahun. Ia berhenti dari pekerjaannya setelah insiden itu dan fokus melatih batin pada aliran Buddha tertentu, untuk menemukan kedamaian. (Ein)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini