Sukses

Pengamat: Komunikasikan Program, Menteri Perlu Narsis

Namun, menurut pengamat politik Jose Rizal, hal itu jangan sampai mengarah kepada pencitraan.

Liputan6.com, Jakarta - Kebijakan Presiden Joko Widodo atau Jokowi serta kinerja para kabinetnya mendapat perhatian penuh oleh masyarakat, tak terkecuali para netizen di media sosial.

Peneliti Political Wave, Jose Rizal mengatakan, isu yang paling santer dibicarakan mengenai reshuffle kabinet atau perombakan menteri beserta evaluasi kinerjanya. Menurut dia, ada beberapa menteri yang memang mendapat penilaian positif dan penilaian negatif oleh para netizen.

"Memang ada beberapa yang mendapat penilaian positif seperti Menteri Kelautan dan Perikanan (Susi Pudjiastuti), Menteri Perdagangan (Rachmat Gobel). Kemudian yang negatif ada Menkumham (Yasonna H Laoly), serta Menko Polhukam (Tedjo Edhy Purdjiatno)," ujar Jose di Rumah Kebangsaan, Jakarta, Rabu (29/7/2015).

Karena itu, menurut dia, para menteri perlu narsis dan bukannya pecitraan. Jose menjelaskan, keduanya adalah hal berbeda.

"Narsis ini benar diperlukan untuk mengomunikasikan program-program menteri. Tapi itu (kegiatannya) memang yang benar dilakukan. Jangan sampai mengarah kepada pencitraan," jelas Jose.

Selain untuk mengomunikasikan, Jose pun mengungkapkan hal ini untuk membendung opini publik yang selama ini dibentuk, di mana yang hanya beredar adalah isu negatif dan bukannya hal positif.

Sebab, lanjut Jose, di era Presiden Jokowi ini, hanya dialah yang selalu kena imbasnya, di mana seharusnya para menterinya yang menjadi tamengnya.

"Opini publik jadi salah satu indikator untuk reshuffle. Tetapi Presiden itu selalu mengevaluasi menterinya. Di zaman SBY (Susilo Bambang Yudhoyono), itu jelek (kebijakannya) larinya ke menterinya, sedangkan SBY ambil bagusnya. Jokowi ini berbeda. Dia selalu kena jeleknya. Ke mana menterinya kalau begitu," ungkap Jose.

Menurut Jose, jika Presiden Jokowi ingin smooth dan damai, bisa saja. Tetapi ini kan Presiden selalu mengambil risiko untuk memperbaiki segala sesuatu.

"Jika Pak Jokowi ingin smooth dan damai bisa saja. Tapi dia ingin yang lebih, seperti menangani mafia migas yang cepat, mafia bola yang cepat. Beliau butuh menteri yang extra ordinary. Jika di awal berani, ya harus dengan cepat diselesaikan, bukannya para menteri menjadi lambat," imbuh Jose.

Karena itu, jika ingin reshuffle, Presiden Jokowi tidak perlu melihat apakah itu dari partai atau dari nonpartai. Para netizen dan masyarakat ingin yang bisa bekerja keras dan sesuai keahlian.

"Para netizen dan masyarakat itu enggak peduli dari mana asal menterinya, yang penting bekerja. Tak peduli masyarakat," pungkas Jose Rizal. (Ans/Mut)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.