Sukses

Penculik 'Kelas Unyil' Bergentayangan

Tia terlihat pasrah, pergi dengan penculiknya. Polisi menduga ada unsur hipnotis. Namun, sebuah video menawarkan penjelasan alternatif.

Liputan6.com, Jakarta - Kalang kabut, itu yang dirasakan Siti Hermawati setelah tak kunjung menemukan anaknya di seluruh penjuru area perbelanjaan Pusat Grosir Cililitan, tempatnya mencari nafkah. Wanita 27 tahun itu semakin terkejut ketika melihat rekaman video dari petugas keamanan yang menangkap adegan saat anaknya sedang bersama pria tidak dikenal.

Tidak ada raut takut pada wajah putrinya, Sintya Hermawan, ketika berjalan bersama si penculik. Tia, begitu ia akrab dipanggil, melangkah pergi dengan mimik tenang. Tangannya digandeng pria yang kala itu berbaju motif garis-garis biru dan hitam. Entah siapa dia. Keduanya berjalan menelusuri lorong-lorong kios yang sudah tutup.

Sesekali, penculik melepas tangan Tia. Namun, bocah berambut pendek itu tetap mengikutinya. Keduanya terlihat berbincang akrab.

Bak serigala berbulu domba, si penculik juga memperlakukan gadis kecil itu dengan baik baik. Ketika turun melalui eskalator, pria itu kembali menggandeng tangan Tia.

Kepolisian menduga ada unsur hipnotis dalam kasus penculikan bocah 6 tahun tersebut.

Penculikan bocah Tya di PGC. (Twitter/@TMCPoldaMetro/@Om_JOI)


Namun, sebuah video eksperimen sosial di Youtube, tentang bagaimana seorang anak bisa diculik tanpa paksaan, menawarkan penjelasan lain.

Sang aktor, Joey Salads, bertanya kepada orangtua seberapa sering mereka mengingatkan anaknya untuk tidak berbicara dengan orang tidak dikenal.

Mereka mengaku hampir setiap hari memberi tahu anaknya tentang bahaya berbicara atau ikut dengan orang asing. Para orangtua pun yakin anaknya tidak bakal terpengaruh bujuk rayu yang akan diperankan Joey.

Joey mematahkan kepercayaan diri tersebut. Hanya berbekal anak anjing, Joey berhasil mengajak bocah-bocah tersebut pergi. Tanpa paksaan. Tanpa ancaman. 

Eksperimen sosial Joe Salads dengantopik penculikan (Joe Salads)

Bagaimana ceritanya?

Salah satu ibu yang setuju dengan eksperimen itu mengizinkan Joey mendekati anaknya. Pria yang kerap membuat video eksperimen itu pun menyapa si anak hanya dengan satu kata, "Hai!"

Si anak langsung menghentikan acara mainnya, tertarik dengan anak anjing yang dibawa Joey. Dengan polosnya gadis kecil itu bertanya, "Anjingnya betina atau jantan?"

Setelah memberi tahu bahwa anak anjing lucu berbulu putih yang ia bawa betina, Joey lalu bertanya, "Kamu suka anak anjing kan? Mau lihat anak yang lain?"

Tanpa menaruh curiga, anak itu pun langsung menyambut uluran tangan Joey dan melangkah dengan gembira, menjauh dari ibunya yang duduk di bangku taman tidak jauh dari area bermain.

Mulut perempuan dewasa itu menganga, tak percaya, betapa mudahnya putrinya diiming-imingi.

Eksperimen sosial Joe Salads dengantopik penculikan (Joe Salads)

 

Eksperimen serupa juga dilakukan pada 2 bocah lain, keduanya pria, dan berhasil! "Sekitar 700 anak diculik tiap harinya, atau lebih dari seperempat juta tiap tahunnya. Apakah anak Anda aman?," kata Joey Salads, menyampaikan pesan moral di balik eksperimen sosialnya itu.

 

Modus Beragam

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Mohammad Iqbal menyebut, ada banyak metode yang digunakan penculik untuk merayu korbannya.

"Keahlian untuk merayu sang anak. Ada pula yang menghipnotis korbannya. Banyak," ujar dia kepada Liputan6.com, Senin (27/7/2015).

Hal tersebut bisa saja terjadi pada Tia. "Kan pelakunya belum tertangkap. Kalau sudah, baru bisa kita tanya bagaimana modusnya," kata Iqbal.

Data kepolisian menunjukkan sebagian besar kasus terjadi di rumah. Para penculik datang dengan modus sebagai tamu. Ada juga yang menyelinap ke rumah korban.

Namun, pada 2015 ini, hanya penculikan Tia yang terjadi di pusat perbelanjaan.

Selanjutnya: Penculik 'Kelas Unyil'...

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Penculik 'Kelas Unyil'

Penculik 'Kelas Unyil'

Kriminolog dari Universitas Padjadjaran, Yesmil Anwar, mengatakan ada sejumlah modus yang biasa digunakan para penculik di Indonesia. Jika lokasi penculikan di rumah, bisa saja ada keterlibatan orang dekat.

"Bisa orang yang kita kenal, lawan bisnis, bisa ada orang yang melamar jadi pembantu rumah tangga atau sopir, bisa saja pembantu kita yang dikomporin orang luar. Kalau di sekolah modusnya paling banyak jemput anak," kata Yesmil kepada Liputan6.com

Yesmil mengatakan, ada 3 motif yang biasa mendasari penculikan anak, yakni uang, kekuasaan, dan hubungan sosial.

Pada motif uang, penculik menyandera seseorang dengan maksud meminta uang sebagai syarat pembebasan. Sedangkan pada motif kekuasaan yang diminta adalah kekuasaan atau jabatan. Terakhir, motif hubungan sosial, entah karena benci atau dendam.

"Kebanyakan di Indonesia motifnya uang atau hubungan sosial. Malah, biasanya campuran keduanya, si penculik dendam lalu melakukan penyanderaan yang berbuntut pada uang atau tebusan," jelas Yesmil.

Kondisinya bocah Tia korban penculikan kini lebih segar dan lebih aktif dibanding sehari sebelumnya.

Polres Jakarta Timur sempat menyatakan ada kemungkinan penculikan Tia terkait penjualan organ. Yesmil menilai motif tersebut masuk dalam kategori pertama: uang.

Namun, untuk memastikan penculikan dilatarbelakangi motif perdagangan organ manusia, bukan perkara gampang. Bahkan sulit terungkap saking kompleksnya.

Motif semacam itu juga canggih karena butuh jaringan di luar negeri untuk pembedahan dan penjualan. Sejauh ini, belum ada yang terbongkar.

Dalam kasus Tia, Yesmil percaya tidak ada motif penjualan organ. Dia mengatakan penculik di Indonesia belum secanggih itu. Masih amatir.

"Penculik kita itu masih penculik 'unyil', kurang canggih. Tapi bisa saja terjadi ya penculikan karena penjualan organ. Oleh karena itu, polisi harus bertindak cepat (menangkap sang penculik)," sambung Yesmil.

Selanjutnya: Penculikan = Kejahatan Intelektual...

3 dari 3 halaman

Penculikan = Kejahatan Intelektual

Penculikan = Kejahatan Intelektual

Tidak seperti kejahatan biasa seperti pencurian dan pencopetan yang pelakunya bisa dikenali secara gerak-gerik, penculikan lebih rumit. Pelakunya tidak bisa dikenali secara kasat mata. Seperti dalam video Joey Salads, orang mungkin tak menyadari sosok orang dewasa yang sedang berjalan santai dan akrab bersama korban sejatinya adalah penjahat.

"Kidnapping itu lebih ke kejahatan intelektual, butuh pemikiran, perencanaan. Kalau mengenali secara fisik sulit," kata Yesmil. Apalagi, jika penculikan melibatkan orang terdekat atau yang dikenal.

Oleh karena itu, Iqbal mengimbau agar orangtua meningkatkan kewaspadaan terhadap anaknya. "Jangan mudah percaya dengan orang. Harus dijaga. Kalau belanja lalu naik eskalator, dipegang. Pokoknya jangan hilang dari pandangan. Mengawasi anak itu butuh manajemen yang bagus," ujar mantan Kapolres Jakarta Utara tersebut.

Ilustrasi Liputan Khusus Penculikan Anak



Walaupun, hukuman bagi penculik jelas diatur dalam Pasal 328 KUHP tentang penculikan. ”...barang siapa membawa pergi seseorang dari tempat kediamannya atau tempat tinggalnya sementara dengan maksud untuk menempatkan orang itu secara melawan hukum di bawah kekuasaannya atau kekuasaan orang lain, atau untuk menempatkan dia dalam keadaan sengaja, diancam karena penculikan dengan pidana penjara paling lama 12 tahun” -- banyak juga yang nekat. Padahal, itu bukan satu-satunya ancaman.

Yesmil menambahkan, hukuman untuk penculik dapat diperberat ketika ada hal-hal yang memberatkan. Misalnya saja jika yang diculik anak, polisi dapat menambahkan Undang-Undang Perlindungan Anak. "Jika dibawa ke luar negeri untuk dijual (baik organ atau dirinya) bisa kena UU Trafficking," tukas Yesmil.

Sebelumnya, Polda Metro Jaya mengungkap jumlah kasus penculikan dengan sasaran anak kecil[ meningkat](2277427. "") pada 2015. Ada 3 dari 7 kasus penculikan yang dilaporkan ke polisi melibatkan 5 anak di bawah umur sebagai korban. Sedangkan tahun lalu, 'bersih' dari kasus penculikan anak. Hal tersebut diungkapkan Rabu 22 Juli 2015.

Mayoritas penculikan dengan motif uang. Seperti yang terjadi pada Jumat 27 Februari 2015. Selvi (39) kehilangan 3 putrinya kecilnya berinisial GTY (12), CLE (8) dan CHA (3). Ketiga bocah itu hilang setelah seorang pria bertamu ke rumahnya di Taman Palem, Cengkareng, Jakarta Barat.

2 hari kemudian, dia menerima pesan singkat berisi ancaman dari seseorang yang mengaku telah menculik anaknya. Selvi dilarang untuk melapor ke pihak berwajib, sebab penculik mengancam akan menghabisi ketiga putrinya jika tidak menurut. (Ein)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini