Sukses

Rekan Wartawan Jepang Dieksekusi ISIS Hilang di Suriah

Satu lagi wartawan lepas Jepang hilang di Suriah dan dikhawatirkan tertangkap militan.

Liputan6.com, Tokyo - Seorang wartawan bernama Jumpei Yasuda dikhawatirkan hilang, setelah memberi kabar bahwa ia akan ke Suriah.

Pada tanggal 23 Juni 2015 lalu, wartawan freelance ini menelepon sahabat dekatnya dari Turki bahwa ia akan memasuki wilayah perang. Yasuda sebelumnya pernah masuk ke Suriah.

Temannya, yang tidak mau disebutkan nama, percaya bahwa Yasuda ditahan oleh militan. Twitter miliki pria 41 tahun yang tadi selalu aktif, sudah tak lagi ada pembaharuan status sejak 20 Juni.

Kicauan terakhirnya, seperti dikutip CNN Jumat (16/7/2015), adalah tentang tantangan laporannya yang menjadi "sudah bukan bahan bercandaan lagi" dan mengatakan "sangat susah menulis di blog dan social media lainnya yang bisa diterbitkan saat itu juga". 

Kekhawatiran terhadap Yasuda diangkat oleh para wartawan yang menghadiri konferensi pers hari ini. Namun Menteri Luar Negeri Fumio Kishida mengatakan bahwa ia tidak mengetahui keberadaan jurnalis freelance itu.

Yu Terasawa seorang wartawan lepas lainnya dan juga teman Yasuda mengatakan kepada Japantimes, bahwa ia percaya temannya berangkat ke Suriah dan tertangkap. Terasawa bertemu terakhir kali di bulan Maret.

Ketika itu mereka membicarakan rencana Yasuda yang akan ke Suriah, dan trik agar tidak tertangkap atau dieksekusi seperti Kenji Goto.

Kenji Goto dieksekusi oleh ISIS beberapa waktu lalu. Ia adalah anggota komunitas jurnalis perang freelance Jepang dan merupakan teman Yasuda.

"Saya percaya Yasuda akan berhasil membebaskan diri dari apapun yang membuat ia terperangkap dan ia pasti kembali ke Jepang," kata Terasawa.

Menurut website pribadi Yasuda, dia telah menjadi wartawan semenjak 2007 di sebuah surat kabar. Ia memutuskan menjadi wartawan lepas pada tahun 2003 setelah perjalanannya ke Afghanistan.

Dia memulai reportasenya dari Irak dan pernah beberapa kali ditahan.

Ia pernah ditahan oleh milisi di Baghad pada April 2004. Saat itu Yasuda dikritik publik karena membahayakan dirinya pergi ke daerah konflik, dan membuat Jepang harus bernegosiasi untuk pelepasannya.

Tapi bagaimanapun juga, ia tetap nekat kembali ke area konflik dan beberapa kali memberikan laporan situasi Iraq dan Suriah.

(Rie/Tnt)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini