Sukses

Survei: Australia Lebih Takut ISIS daripada Perubahan Iklim

Survei membuktikan Australia lebih takut ISIS daripada perubahan iklim. Survey dilakukan kepada 45.435 orang di 40 negara.

Liputan6.com, London - Sebuah survey yang dilakukan oleh Pew Research Center menemukan bahwa negara-negara barat termasuk Australia mengatakan bahwa ISIS adalah ancaman global yang lebih menakutkan dibandingkan perubahan iklim.

Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai Mei dengan mewawancarai 45.435 orang, usia 18 tahun ke atas dari 40 negara termasuk 1004 orang Australia.

Para partisipan diberi pertanyaan "ya" dan "tidak" apakah mereka "sangat khawatir", "biasa saja", "tidak terlalu", "tidak peduli" terhadap enam isu; perubahan iklim, ketidakstabilan ekonomi global, ISIS, Progam nuklir Iran, serangan internet, konflik dengan Russia, perebutan daerah dengan China.

Setelah dianalisis, perubahan iklim berada di tingkat pertama yang harus dikhawatirkan. Ada 19 negara yang memilihi ketakutan ini.

Namun, tidak berlaku buat Australia. Mayoritas (69%) orang di negeri kangguru ini mereka memilih "sangat khawatir" terhadap ISIS, diikuti oleh program senjata nuklir Iran (38%). Sementara itu, perubahan iklim berada di peringkat ketiga bersama serangan internet (37%)

Hasil yang sama dengan wilayah Asia-Pasific. Kebanyakan memilih ISIS (45%) diikuti Iran (44%).

Kekhawatiran akan isu perubahan iklim terjadi di Amerika Latin (61%) dan Afrika (59%), sementara Eropa, Timur Tengah dan Amerika mempunyai perspektif yang sama.

 

Peta Survey Isu Dunia. (Guardian)

Denis Dragovic, seorang peneliti konflik timur tengah dan ISIS mengatakan dia tidak terkejut dengan hasil survei.

"ISIS dianggap menakutkan karena ideologi mereka berbeda dangan rezim sebelumnya. Ditambah dengan kekuatan dan sumber daya luar biasa dibanding masa lalu," seperti dikutip dari Guardian.

Negara-negara yang memilih ISIS sebagai sumber ketakutan adalah negara-negara yang memerangi ISIS itu sendiri. (Rie/Yus)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.