Sukses

Anak Perwira Polisi Boston Ditangkap FBI karena Mendukung ISIS

FBI menangkap 10 orang terkait teror dalam negeri AS oleh simpatisan ISIS. Salah satu yang ditangkap adalah anak kepala polisi Boston.

Liputan6.com, Massachusett - Penangkapan besar-besaran FBI menjelang perayaan 4 Juli lalu membuat berbagai banyak pihak kaget. Pasalnya, salah satu orang yang ditangkap adalah anak dari kepala Polisi Boston. Ia adalah salah satu dari 10 orang yang ditangkap  terkait dengan kegiatan ISIS di Amerika.

Alexander Ciccolo, 23 tahun, ditangkap setelah membeli senjata ilegal dari agen FBI yang sedang menyamar. Saat melakukan penyisiran di apartemennya, FBI menemukan bom rakitan, berbagai cairan kimia, dan jam dengan alarm, bersama kertas-kertas berisi rencana penyerangan dan artikel "Jihad". Menurut FBI, Alexander menggunakan nama Abu Ali al-Amriki dan beberapa tetangga mengatakan dia telah pindah agama.

"Ini orang yang berbahaya yang, untungnya, berhasil kami tahan sebelum dia melakukan hal yang benar-benar berbahaya," kata salah seorang agen federal kepada ABC seperti dikutip Liputan6.com.

Menurut FBI,  Alexander berniat melakukan perjalanan ke berbagai negara bagian dan akan meledakkan bom dengan panci bertekanan tinggi untuk menyerang sipil, militer AS, dan penegak hukum.

Ayah Alexander adalah Kapten Polisi Boston, Robert Ciccolo, seorang komandan yang bertugas di Markas Kepolisian Boston saat tragedi bom Maraton Boston, April 2013 lalu.

Menurut  FBI, Ciccolo muda terinspirasi dengan bom Maraton Boston. Alexander juga tidak takut mati atas risiko yang ia ambil. Pemuda berjenggot ini juga mengilustrasikan Amerika sebagai "setan" dan "menjijikkan."

Kapten Ciccolo sejauh ini belum merespons penangkapan putranya. Namun, ia menuliskan pernyataan keluarga di website Kepolisian Boston. "Kami sangat sedih dan kecewa dengan perilaku dan niat anak laki-laki kami, tapi sekaligus bersyukur bahwa pihak keamanan berhasil mencegah kerusakan, bahkan mencegah hilangnya nyawa. Sekarang, kami meminta publik dan media untuk mengerti kesedihan kami dan menghormati privasi kami,"

Dalam apartemen Ciccolo muda, FBI menemukan sejumlah foto prajurit Amerika yang tewas dan ia menuliskan kalimat, "Terima kasih, ISIS. Sekarang, kami tidak perlu berurusan dengan kafir ini saat mereka kembali ke Amerika." Alexander juga memuji teror di Tunisia.

Pekan lalu, Direktur FBI James Comey mengatakan para anggotanya telah menahan lebih dari 10 simpatisan ISIS. Alexander merupakan salah satu target penangkapan dari 10 simpatisan tersebut.

Tidak hanya orang tua Alexander yang bersedih, tapi seorang rekannya, Jun Yasuda, yang pernah mengikuti demo anti nuklir pada 2012 bersama juga kaget dan bersedih. Ciccolo digambarkan sebagai pemuda yang "sangat perhatian dengan perdamaian dan lebih memilih protes anti kekerasan."

"Kami berjalan bersama setelah Fukushima dan dia pribadi yang menyenangkan, berpikiran terbuka, dan melihat semua orang itu baik," kata Yasuda. (Rie/Yus)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.