Sukses

Protes Tilang, Mahasiswa Bayar Denda Pakai Koin 3 Keranjang

Protes dengan aturan alokasi uang denda, mahasiswa ini membayar surat tilang dengan 11 ribu koin.

Liputan6.com, North Carolina - Saat Stephen Coyle menerima dua surat tilang dari petugas parkir Universitas North Carolina, dia bercanda akan membayar dengan uang receh.

Rupanya, ia tidak hanya sekedar bercanda. Stephen benar-benar membayar uang tilang sebesar US$110 atau Rp 1,46 juta dengan 11.000 koin. Stephen memasukkan uang receh itu ke dalam 3 keranjang dengan total berat 27 kilogram.

Bukan tanpa alasan Stephen mewujudkan candaannya. Setelah melakukan riset tentang alokasi uang denda, dia menemukan uang tersebut tidak kembali ke kas universitas. 

Menurut undang-undang North Carolina, universitas hanya boleh mengambil 20%  dari uang denda dan 80% harus disalurkan ke sekolah negeri di sekitar kamus. Stephen, mahasiswa matematika dan aktuaria, aktif di organisasi kampusnya, kecewa dengan peraturan tersebut.

Stephen Coyle. (CNN)

"Rupanya, uang tilang tidak kembali ke untuk kampus. Kenapa kita harus berinvestasi ke sekolah lain sementara kita sendiri masih membutuhkan uang itu," katanya kepada CNN yang dikutip oleh Liputan6.

"Uang  dari murid ya harusnya balik lagi ke kampus untuk kebutuhan murid. Bukan tanggung jawab kami untuk menyumbang ke sekolah lain, itu tanggung jawab komunitas dan pembayar pajak," tambahnya.

Stephen mendapatkan tilangnya pada 27 Mei lalu karena tidak bisa menunjukkan kartu parkir di mobilnya. Ia ditilang US$80 atau Rp 1,06 juta.

Surat tilang kedua sebesar US$30 atau setara dengan Rp 400 ribu, karena lupa membayar pajak mobilnya.

Sebenarnya dia enggan membayar dengan koin. Tapi untuk mendapatkan perhatian, dia rela merayu bank sekitar untuk memberinya recehan berjumlah US$110 itu.

Manajer pengelola parkir universitas tentu saja tidak senang menerima 3 keranjang koin. Butuh dua orang dan waktu 3 jam 40 menit untuk menghitung koin darinya.

Sayangnya, petugas parkir dan juru bicara universitas tersebut menolak untuk dikonfirmasi oleh CNN.

Stephen berharap suaranya didengar oleh pihak universitas. Ia pun membuat fan page di Facebook dengan tagar #LetThemCount --biar mereka hitung-- agar peraturan tersebut diubah.

Meski banyak yang mendukung, tak sedikit pula yang mencela aksinya. Salah satunya adalah komentar dari Greg Xanthos dengan satir mengatakan, "Saya apresiasi usaha heroikmu untuk menolak membantu sekolah negeri di komunitasmu. Saya juga tepuk tangan atas usahamu membiarkan dua orang menghitung koin selama hampir 4 jam atas kesalahan yang kamu buat sendiri. Orang tuamu pasti bangga." (Rie/Ein)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini