Sukses

Transjakarta Terbakar, Semua Bus Operator Lorena Dikandangkan

Direktur Utama PT Transportasi Jakarta, Steve Kosasih, akan melakukan audit terhadap bus-bus Transjakarta yang dioperasikan Lorena.

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT Transportasi Jakarta, Steve Kosasih, akan melakukan audit terhadap bus-bus Transjakarta yang dioperasikan Lorena. Pihak Transjakarta menilai Lorena telah melakukan 2 pelanggaran kontrak hingga mengakibatkan bus Transjakarta bernomor LRN-045 terbakar di halte Salemba UI, Jakarta, Jumat (3/7/2015).

"Semua Bus Lorena yang dioperasikan akan segera kami kandangkan untuk diperiksa oleh personel teknis kami dan juga kami minta Lorena memanggil teknisi dari Komodo untuk bersama-sama teknisi kami melakukan audit dan pemeriksaan teknis terhadap 12 bus sisanya," kata Kosasih.

Ia mengatakan, bus merek Komodo buatan dalam negeri yang dioperasikan Lorena tersebut sudah mengaspal sekitar 7 tahun dan baru beberapa hari beroperasi kembali setelah dilakukan rekondisi total terhadap seluruh badan bus tersebut di salah satu karoseri di Bogor.

Pihak Transjakarta, menurut Kosasih, memang sudah minta Lorena meremajakan bus lama mereka. Direksi Lorena juga sudah menyanggupi untuk mengganti seluruh 13 bus gandeng mereka dengan 26 bus single. Namun, saat ini masih berproses dengan Dinas Perhubungan dan Transportasi terkait perizinan, trayek, dan lain sebagainya.

"Terkait kejadian ini karena semua bus gandeng Lorena berasal dari merek dan batch yang sama kami segera proses agar ditarik kembali ke pool Lorena untuk diaudit. Kami tidak akan izinkan bus-bus tersebut beroperasi sebelum kami periksa," tegas dia.

"Saya sudah minta Direktorat Operasional dan Direktorat Teknik berkoordinasi terkait hal ini dan kami tidak mau terjadi lagi hal yang sama. Keselamatan penumpang adalah utama bagi kami," imbuh Kosasih.

Selain itu, ia mengatakan, kejadian ini juga memberi alasan kepada pihak Transjakarta untuk melakukan audit ke seluruh operator busnya, tak hanya Lorena.

"Selama ini kami tidak bisa terlibat terlampau dalam pemantauan operasional dan perawatan operator, bahkan termasuk proses rekondisi di karoseri, karena kontrak yang ditandatangani operator di masa lalu tidak memungkinkan hal itu. Sekarang kami punya alasan karena keselamatan adalah nomor satu bagi kami," pungkas Kosasih. (Mut)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini