Sukses

Hercules C-130 Jatuh, Anggaran Alutsista Tahun 2014 Dipertanyakan

Sukamta menyarankan, anggaran untuk perbaikan sebaiknya hanya untuk pesawat yang tingkat ketidaklayakannya belum parah.

Liputan6.com, Jakarta - Insiden jatuhnya pesawat Hercules C-130 di Medan, Sumatera Utara, pada Selasa 30 Juni kemarin, menuai sorotan tajam terutama terhadap usia pesawat militer Indonesia.

Anggota Komisi I DPR, Sukamta mengatakan, insiden tersebut diharapkan menjadi momentum untuk memperbaiki dan membenahi  alat utama sistem pertahanan (alutsista) dengan terus meningkatkan anggaran.

"Kecelakaan Hercules ini memang musibah. Tapi kita harus jadikan ini momentum untuk membenahi alutsista dengan cara membeli alutsista yang baru dan fungsional. Untuk itu kita perlu tingkatkan lagi anggaran TNI," ujar Sukamta di Jakarta, Kamis (2/7/2015).

Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu pun mempertanyakan kepada TNI dan Menteri Pertahanan, soal anggaran alutsista tahun anggaran 2014. Pengadaan 5 unit pesawat Hercules dengan tipe sejenis disebutkan tidak terealisasi. Padahal menurut dia, jika terealisasi maka bisa meremajakan pesawat yang sudah termakan usia.

"Mengapa pengadaan 5 unit pesawat Hercules C-130 pada tahun anggaran 2014 tidak terealisasi?" tanya Sukamta.

Presiden Joko Widodo atau Jokowi, ujar Sukamta, telah menaruh perhatian lebih terhadap anggaran alutsista. Hal ini terlihat pada APBN 2015 dan APBN-P 2015. Tidak hanya itu, ada juga program rencana strategis pemeliharaan dan perbaikan TNI 2015-2019, yang bertujuan memperbaiki performa alutsista yang sudah kerusakan.

"Meningkatnya anggaran-anggaran ini memang belum bisa mencukupi kebutuhan TNI secara 100 Persen. Tapi setidaknya hal ini harusnya dapat meminimalisasi kecelakaan penggunaan alutsista yang sudah tua dan tidak layak guna seperti pesawat Hercules C-130 yang jatuh di Medan," imbuh Sukamta.

Dia menyarankan, anggaran untuk perbaikan sebaiknya hanya untuk pesawat yang tingkat ketidaklayakannya belum parah.

"Hercules C-130 yang jatuh di Medan sepertinya sudah tidak laik karena itu rekondisi dan membelinya konon sekitar tahun 1961 atau 1964. Sudah sangat tua usianya, 50 tahun. Yang seperti ini sebaiknya tidak diterbangkan lagi," pungkas Sukamta. (Sun/Tnt)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.