Sukses

Pernyataan Pengacara Tersangka Pembunuh Angeline Paling Populer

Berikut Top 5 News edisi Senin 22 Juni 2015.

Liputan6.com, Jakarta - Haposan Sihombing, pengacara tersangka pembunuh Angeline, mengatakan kliennya tetap teguh pendirian bahwa pembunuh sebenarnya adalah Margriet Megawe. Menurut Haposan, pengakuan kliennya itu sudah menjadi pengakuan terakhir. Ia bahkan menyakini bahwa kliennya tidak akan mengubah pengakuan lagi seperti sebelumnya.

Berita mengenai pernyataaan pengacara tersangka pembunuh Angeline tersebut pun menyedot perhatian pembaca Liputan6.com, terutama di kanal News sepanjang Senin 22 Juni 2015.

Berikut ini Top 5 News selengkapnya:

1. Pengacara Tersangka Pembunuh Angeline Sebut Kliennya Konsisten

Pengacara Agustinus Tae tersangka pembunuh Angeline, Haposan Sihombing mengatakan, kliennya tetap teguh pendirian bahwa pembunuh sebenarnya adalah Margriet Megawe, ibu angkat Angeline.

"Klien kami tetap konsisten dengan pengakuannya bahwa dirinya (Agustinus) tidak membunuh Angeline, melainkan Margriet ibu angkat Angeline," ucap Haposan saat dihubungi Liputan6.com di Denpasar, Minggu (21/6/2015) malam.

Pada Sabtu malam 20 Juni 2015, menurut Haposan, kliennya diperiksa penyidik Polresta Denpasar sejak pukul 21.00 Wita hingga pukul 01.00 Wita dini hari. Agustinus dicecar 30 pertanyaan.

Menurut Haposan, pengakuan kliennya itu sudah menjadi pengakuan terakhir. Ia bahkan meyakini bahwa kliennya tidak akan mengubah pengakuan lagi seperti sebelumnya.

Selengkapnya...

2. Sejarah Berdirinya 5 Monumen di Jakarta

Tepat pada Senin 22 Juni 2015, Jakarta memasuki usia ke-488. Sepintas jika menyebut Kota Jakarta, banyak citra kurang baik yang muncul di benak masyarakat. Seperti masalah kemacetan, banjir, kota super padat, hingga masalah kesenjangan antara kehidupan si kaya dan miskin.

Terlepas dari permasalahan Ibukota, banyak nilai-nilai sejarah yang mungkin dapat mengingatkan kita pada perjuangan masa lalu. Perjuangan membangun negeri ini ditandai dengan berbagai pembangunan monumen bersejarah di Jakarta. Berikut asal-usul atau sejarah berdirinya beberapa monumen di Ibukota:

Selengkapnya...

3. Amuk PKL Monas Usai Magrib

Malam Minggu yang harusnya disambut ceria di kawasan Monumen Nasional (Monas), berubah menjadi kengerian ketika ratusan pedagang kaki lima (PKL) menyerang sejumlah personel Satpol PP DKI yang tengah bertugas di kawasan Pintu Timur Monas, Jakarta Pusat.

Tidak hanya menyerang, para PKL yang biasa berjualan di kawasan itu turut merusak sejumlah fasilitas yang ada di tempat kuliner Lenggang Jakarta, Sabtu 20 Juni 2015 malam.

Penyerangan tersebut dilakukan saat para petugas Satpol PP sedang berbuka puasa. Ratusan PKL tiba-tiba datang menyerang dengan menggunakan senjata tajam dan balok kayu.

Tak sampai di situ, PKL yang semakin geram karena diduga tidak boleh berjualan di lokasi tersebut juga sempat membakar sebuah tenda yang biasa digunakan petugas.

Kejadian ini tidak hanya membuat petugas Satpol PP ketakutan. Namun sejumlah pengunjung dan penjual yang berada di lokasi turut berlarian untuk menyelamatkan diri karena takut terkena senjata tajam milik PKL.

Selengkapnya...

4. 'Bisikan Gaib' dan Ratu Niang Datu di Muka Rumah Angeline

Ketut Ruta gundah. Delapan hari setelah sembahyang bulan purnama digelar di sekolah, petunjuk tentang keberadaan Angeline belum juga didapat. Bocah ayu yang duduk di kelas 2 SDN 12 Sanur, Bali, itu bak hilang ditelan Bumi.

Angeline dilaporkan hilang pada 16 Mei 2015. Ruta bersama guru lainnya dan juga aparat keamanan pernah mencari muridnya itu dengan menyusuri jalan yang biasa dilalui bocah itu saat bersekolah, tapi tak ada jejak yang ditemukan.

Rasa penasaran yang semakin memuncak, menuntun Ruta dan rekan guru di sekolahnya mendatangi seorang balian (orang pintar) di Waturenggong, Denpasar, Bali. Kepada sang balian, Kepala Sekolah SDN 12 Sanur itu meminta tolong untuk mencari tahu keberadaan anak didiknya lewat ilmu kebatinan.

Sang balian pun mengungkapkan bahwa Angeline adalah anak angkat dan ayah angkatnya adalah orang asing dan sudah meninggal. “Angeline sekarang tinggal bersama ibu angkatnya yang orangnya keras,” kata Ruta menirukan ucapan sang balian kepada Liputan6.com, Senin 22 Juni 2015.

Selengkapnya...

5. Arie Hanggara dan Angeline, Kekejaman yang Berulang

Sebuah makam berukuran 2 x 1 meter di Blok AA II Tempat Pemakaman Umum Jeruk Purut, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, menjadi penanda akan kekejaman orangtua serta ibu tiri terhadap anaknya. Setelah 30 tahun, makam itu kini tak terurus. Namun, ceritanya tak pernah usang karena terus berulang.

Di makam itu bersemayam jasad bocah berusia 8 tahun bernama Arie Hanggara yang hingga kini selalu diidentikkan dengan kekerasan orangtua terhadap anaknya. Arie lahir di Bogor, Jawa Barat, pada 21 Desember 1977 dan meninggal di Jakarta pada 8 November 1984.

Arie Hanggara adalah kisah pilu tentang anak yang tewas dianiaya orangtuanya, Machtino bin Eddiwan alias Tino dan ibu tirinya Santi binti Cece. Kisah tragis Arie yang terjadi pada November 1984 memunculkan kesedihan sekaligus kegeraman publik.

Selengkapnya...

(Ans/Mut)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.