Sukses

Tuding Australia Bayar Kapal Imigran, Indonesia Tunggu Jawaban

Pemerintah Australia dikabarkan membayar kapten dan kru kapal untuk membawa imigran gelap ke Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah masih menunggu jawaban pemerintah Australia terkait dugaan kasus praktik membayar kapten dan kru kapal untuk membawa imigran gelap ke Indonesia.

"Jawabannya belum (diterima)," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir di kantornya, Jakarta, Kamis (18/6/2015).

Namun, pria yang kerap disapa Tata itu mengatakan, jawaban yang dituntut pemerintah bukan untuk melengkapi proses pemeriksaan terhadap 6 orang kapten dan anak buah kapal (ABK). Sebab, kata dia, penyidik Indonesia telah melakukan investigasi terhadap kasus ini.

"Evidence (barang bukti) sudah dikumpulkan, polisi Rote juga sudah mendatangkan saksi ahli untuk mendukung kasus mereka," ujar dia.

Beberapa hari lalu kepolisian di Rote, NTT menangkap kapal berisi 65 imigran. Puluhan warga asing ini terombang di lautan setelah ditolak masuk Australia.

Dugaan sementara, jumlah uang yang diterima kapten kapal imigran ini sebesar US$ 6 ribu. Sementara kru sebanyak US$ 5 ribu.

Sementara Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pun pada Sabtu, 13 Juni 2015, sudah menuntut jawaban Australia atas hal ini. Tetapi bukan jawaban yang diterimanya, otoritas Negeri Kanguru malah mengalihkan isu dengan menyebut masalah ini ada karena Indonesia gagal menjaga perbatasan.

Sebelumnya, Perdana Menteri Tony Abbott tidak membantah laporan yang menyebutkan bahwa sebuah kapal Angkatan Laut Australia membayar awak perahu pengangkut migran yang menuju Australia untuk kembali ke Indonesia.

Dalam wawancara dengan stasiun radio3AW pada Jumat 12 Juni 2015 pagi waktu setempat, Abbott tidak menepis ketika ditanya soal pembayaran kepada awak perahu untuk memutar balik ke Indonesia.

Dia justru mengatakan personel imigrasi telah mengembangkan strategi 'kreatif' untuk menghentikan kedatangan perahu-perahu pengangkut imigran.

"Kami telah menghentikan perdagangan (manusia) dan kami akan melakukan apa yang bisa dilakukan untuk memastikan itu tetap berhenti," kata Abbott seperti dikutip dari BBC. (Ndy/Mut)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini