Sukses

Eks Presiden Mesir Divonis Mati

Vonis ini diumumkan sebulan setelah tuntutan hukuman yang sama dikeluarkan.

Liputan6.com, Jakarta Pengadilan Mesir resmi menjatuhkan hukuman mati kepada mantan Presiden Mohamed Morsi. Vonis ini diumumkan sebulan setelah tuntutan hukuman yang sama dikeluarkan.

Putusan terhadap Morsi diumumkan oleh Hakim Shaaban el-Shami. Dia menyebut Morsi terbukti sebagai otak di balik kerusuhan besar di Penjara Mesir 2011 lalu.

Menurut pengadilan Mesir, kerusuhan itu, dirancang Morsi karena membawa kepentingan kelompok asing seperti Hamas, Hizbullah, Sinai Bedouins. Hal itu bertentangan dengan hukum yang ada, karena dapat menciptakan ketidakstabilan di Mesir.

Selain Morsi hukuman mati juga dijatuhkan kepada 16 anggota Ikhwanul Muslimin lain. Termasuk beberapa pejabat seniornya Mohamed Badie dan Mohamed Beltagy.

Keputusan mati atas Morsi segera dikecam oleh kendaraan politiknya, Ikhwanul Muslimin --organisasi masyarakat tempat Morsi beranaung-- Partai Kebebasan dan Keadilan.

"Pengumuman hari ini adalah paku bagi peti mati demokrasi di Mesir," sebut pernyataan resmi Partai Keadilan dan Kebebasan, seperti dikutip dari USA Today, Rabu (17/7/2015).

AS Tidak Senang

Bukan hanya Ikhwanul Muslimin saja yang menujukkan kemarahannya atas hukuman mati Morsi. Pasca-putusan itu, Amerika Serikat langsung bereaksi.

Reaksi yang dikeluarkan AS pun cukup keras. Mereka menyatakan tidak senang dengan putusan mati terhadap Morsi.

"Kami sangat terganggu dengan adanya motif politik di dalam putusan mati mantan Presiden Mohamed Morsi," sebut Kepala Pers Gedung Putih Josh Earnest.

"Ini adalah bentuk praktek dari ketidakadilan dan penghancuran hukum di Mesir," tegas dia.

Mohamed Morsi merupakan Presiden Mesir pertama yang terpilih melalui proses pemilu yang demokratis dan transparan. Namun, baru setahun menjabat, pemerintahannya terguling oleh kudeta militer yang dipimpin Presiden Mesir saat ini Abdel Fatah El-Sisi.

Sejak Morsi digulingkan kondisi politik dan keamanan Mesir berubah mencekam. Puncaknya adalah saat protes besar yang dilancarkan pendukung Morsi pada 2013 di beberapa kota besar di Mesir termasuk Ibu Kota Kairo berubah menjadi kerusuhan berdarah. (Ger/Ein)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.