Sukses

Uji Coba 'Piring Terbang' NASA Gagal

Penampakan piring terbang terlihat di atas Samudera Pasifik, Senin 8 Juni 2014. Bukan UFO.

Liputan6.com, Hawaii - Penampakan piring terbang terlihat di atas Samudera Pasifik, Senin 8 Juni 2014. Bukan UFO atau pesawat makhluk ekstrateresterial, melainkan pesawat baru milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA).

Setelah penundaan selama beberapa hari, kemarin, NASA menguji coba pesawat mirip piring terbang yang bisa menjadi kunci untuk mewujudkan misi pengiriman manusia ke Mars.

Kendaraan uji Low-Density Supersonic Decelerator (LDSD) -- nama piring terbang seberat 3 ton itu -- diangkat balon raksasa dari situs pengujian di Pacific Missile Range Facility milik Angkatan Laut AS (US Navy) di Kauai, Hawaii.

NASA ingin mempelajari bagaimana mengangkut kargo berat seperti modul habitat agar bisa mendarat dengan mulus di permukaan Planet Merah.

Sorak sorai dan tepuk tangan membahana di ruang kendali misi saat balon udara mulai mengangkat pesawat tersebut. Namun, kegembiraan tersebut tak berlangsung lama. Kerja parasut tak seperti yang diharapkan.

"Parasut berhasil dilepaskan, namun gagal mengembang. Kami akan menelaah data dari uji coba ini untuk dipelajari dan dikembangkan lagi," demikian ungkap pejabat NASA dalam akun Twitter resmi lembaga tersebut, seperti dikutip dari situs sains Space.com, Selasa (9/6/2015).

Saat balon mencapai ketinggian yang ditargetkan di lapisan stratosfer, 120.000 kaki, atau 35 km di atas Bumi, misi kontrol mengatur LDSD untuk menyalakan roket pendorong dan membawa pesawat itu ke ketinggian 55 km di atas permukaan Bumi, yang kondisinya mirip atmosfer Mars yang tipis.

Lalu, dilakukanlah fokus pengujian: melepas parasut supersonik raksasa, berukuran lebar 100 kaki (30 meter). Parasut supersonik selebar 30 meter -- yang terbesar yang diluncurkan --  berhasil naik, namun gagal mengembang.

Pengujian pada Juni 2014 lalu juga menemui kendala serupa. Parasut supersonik gagal bermanuver di udara yang bergerak cepat.

Parasut Supersonic Ringsail oleh NASA disebut sebagai yang terbesar yang pernah diuji untuk pendaratan di Mars.

Sebelumnya, pada 1976, NASA berhasil mendaratkan dua satelit di permukaan Mars: Viking 1 dan Viking 2 dengan menggunakan parasut.

Desain dasar parasut Viking juga berhasil digunakan lagi pada tahun 2012 untuk mengirim rover Curiosity ke Mars. Robot penjelajah itu punya bobot 1 ton.

NASA membutuhkan teknologi pendaratan baru untuk mengangkut pesawat antariksa yang lebih besar di masa depan -- untuk didaratkan di permukaan berbatu dan elevasi yang lebih tinggi.

Ilmuwan NASA berharap, pesawat berbentuk piring terbang dan parasut bisa menjadi kunci untuk mewujudkan misi manusia ke Planet Merah.

"Saat NASA merencanakan misi robotik ilmiah yang ambisius ke Mars, yang membuka jalan bagi ekspedisi manusia yang lebih kompleks di masa mendatang, kebutuhan akan pesawat luar angkasa yang bisa mendarat dengan aman di permukaan Planet Merah makin besar dan berat untuk dipenuhi," demikian ujar NASA.

Apalagi, penduduk Bumi berharap bisa mengirimkan penjelajah yang tinggal dalam waktu lama di Mars.

Bentuk mirip piring terbang dianggap sebagai jalan keluar. Sebab, Mars punya atmosfer lebih tipis dari Bumi, yang yang berpengaruh pada kecepatan bila beban dibawa cukup berat.

Dan parasut supersonik diharapkan bisa melambatkan penurunan pesawat di permukaan Mars, sehingga para astronot bisa mendarat dengan selamat. Dan itu bisa berarti bakar bakar bisa dihemat selama manuver pendaratan.

Uji terbang ketiga untuk LDSD dijadwalkan pada musim panas 2016. (Ein/Tnt)

 
 
 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini