Sukses

Cerita Mensos Khofifah Berkunjung ke Kampung Berkebutuhan Khusus

Rendahnya IQ penduduk di wilayah tersebut disebabkan kurangnya asupan yodium dalam tubuh, karena kandungan kapur dalam air yang tinggi.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengunjungi desa yang ditinggali para penderita disabilitas intelektual di Kecamatan Balong, Ponogoro, Jawa Timur, Senin 8 Juni 2015. Disabilitas intelektual yang dimaksud adalah kondisi Intelligence Quotient (IQ) di bawah 60.

Khofifah menceritakan rendahnya IQ penduduk di wilayah tersebut disebabkan kurangnya asupan yodium dalam tubuh, karena kandungan kapur dalam air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari sangat tinggi.

"Saya tadi ke 4 desa yang disebut Kampung Berkebutuhan Khusus. Kenapa disebut begitu? Karena penduduknya menderita gangguan kekurangan yodium (GAKY) sehingga IQ mereka di bawah 60," kata Khofifah kepada Liputan6.com usai menghadiri acara Haul ke-2 tahun Wafatnya Taufiq Kiemas di kediaman Megawati Soekarnoeputri, Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, Senin 8 Juni 2015.

Menurut dia, hatinya tersentuh kala mengunjungi desa Krebet dan Pandak. Di desa tersebut, banyak lansia yang mengidap disabilitas intelektual dan hidup sebatangkara. Dia pun menawarkan bantuan kepada para lansia untuk dirawat di Rumah Jompo Kemsos. Namun tawaran itu ditolak. Mereka tidak ingin meninggalkan kampungnya. Untuk itu, dia mengajak masyarakat sekitar untuk menjalankan kewajiban moralnya sebagai tetangga.

"Nah, sekarang masalahnya yang mengidap GAKY itu ada yang lansia-lansia, mereka hidup terlantar sebatangkara, karena itu saya mau sisir. Harus ada responsibility dari warga sekitar karena mbah-nya tidak mau dibawa ke panti. Saya tanya anak, katanya nggak ada dan saudaranya di desa sebelah. Wong saya saja masuk desa situ lewat hutan-hutan, apalagi kalau ke desa sebelah," ujar dia.

Khofifah pun mengaku khawatir meninggalkan lansia-lansia itu sendirian. Mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan era Presiden Abdurachman Wahid ini mendeskripsikan rumah lansia-lansia itu tidak dilengkapi dapur dan sanitasi yang baik, sehingga riskan terkena penyakit. Terlebih saat salah satu nenek, ketika ditanyai, mengatakan makannya tergantung dari pemberian warga desa jika ada yang hajatan.

"Dia tinggal di rumah yang tidak cukup layak untuk ditinggali, tidak ada dapur dan kamar mandinya. Saat saya tanya bagaimana makannya, kata mbahnya, makan dari berkat. Maksudnya nasi bungkus atau nasi kotak kalau ada yang selamatan," ujar Khofifah.

Sentuhan Pekerja Sosial

Menteri Khofifah menjelaskan tujuannya datang ke 4 desa berkebutuhan khusus itu untuk memastikan program bantuan Kemensos merata hingga daerah-daerah yang sulit dijangkau. Ini sekaligus melanjutkan program asistensi pekerja sosial (Peksos) dari Kemensos bagi warga lanjut usia di desa tersebut.

"Sudah ada kader peksos yang dari 2012 diturunkan ke sana. Tapi 2014 kemarin sudah determinasi programnya, jadi saya tadi datang lagi untuk pastikan programnya berlanjut," terang Khofifah.

Pada program termin sebelumnya, jelas Khofifah, terdata 100 warga lanjut usia dan 17 orang dengan kecacatan berat (OKDB) yang mendapat pelayanan asistensi dari Kemensos. Pada termin kali ini, Khofifah berharap bantuan pelayanan asistensi juga dapat menyentuh ke-11 lansia pengidap disabilitas intelektual yang baru saja ia temui.

"Karena ini daerah yang relatif sulit dijangkau, sehingga harus ada special treatment. Saya bilang di Kemensos ada anggaran hibah dalam negeri, itu yang memungkinkan Kemensos untuk memaksimalkan sapaan program asistensi, kemudian melakukan pelatihan usaha ekonomi produktif untuk warga-warga di kampung idiot ini," tutur dia.

Berdasarkan pengamatan sekilas Khofifah, warga kampung berkebutuhan khusus senang beternak kambing. Karena itu, dia menyarankan agar warga diberi kemampuan beternak kambing dengan benar, sehingga nantinya warga-warga yang mengidap keterbatasan intelektualitas ini dapat produktif.

"Dalam keterbatasan itu, paling mungkin mereka diberdayakan untuk menggemukkan kambing-kambing di desanya. Saat saya ke sana, mereka cerita 2012 kambingnya ada 2, sekarang sudah 5. Mereka bilang kambingnya nikah sendiri," kata Khofifah.

Khofifah menerangkan para penduduk desa tersebut lebih memahami cara mengembangbiakkan kambing ketimbang bebek atau ayam. Mereka tidak mengerti bagaimana tahapan telur ayam agar menetas. (Bob/Rmn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini