Sukses

AS Buka Kemungkinan Tampung Pengungsi Rohingya

Terbuka kemungkinan pengungsi Rohigya ditampung di Amerika Serikat. Namun, tak selamanya.

Liputan6.com, Jakarta Solusi terkait masalah pengungsi Rohingya terus dicari. Dalam setahun mendatang warga etnis tersebut, yang kabur dari kehidupan tak layak di Myanmar, mendapat sedikit asa.

Sebab, Pemerintah Indonesia telah menyatakan akan menampung mereka selama 1 tahun. Namun, karena sifatnya jangka pendek, masalah baru berpotensi besar muncul.

Salah satunya mengenai di mana pengungsi Rohingya ditampung secara permanen. Menanggapi hal tersebut Asisten Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Anne Richard angkat bicara.

Dia mengatakan, kemungkinan pengungsi Rohingya ditampung di negaranya tetap terbuka. Sebab, AS merupakan negara yang menerapkan program menampung pengungsi dari penjuru dunia.

"Jadi program untuk menampung pengungsi Rohingya di AS tetap ada," sebut Richard di Kedutaan AS di Jakarta, Rabu (3/6/2015).

"Kami akan melanjutkan program ini sebagai bagian kecil kontribusi kami terhadap masalah pengungsi dunia," sambung dia.

Dalam setiap tahunnya, ribuan pengungsi diberi izin tinggal di AS. Bahkan dalam dua tahun ini jumlah pengungsi yang mereka tampung mencapai 70 ribu orang.

"Tahukah Anda, AS merupakan negara yang paling banyak menampung pengungsi," jelas dia.
 
"Mereka datang dari beberapa tempat di dunia. Bahkan jumlah yang kami tampung melebihi jumlah yang diterima negara-negara lain."

Meski demikian, AS hanya bisa menampung para pengungsi dalam waktu satu sampai dua tahun. Untuk memberi tempat tinggal sementara, Negeri Paman Sam pun menerapkan standar sebelum mereka masuk ke negaranya. Seperti pemeriksaan kesehatan dan latar belakang para pengungsi.

Pengungsi Rohingya merupakan salah satu masalah kemanusiaan yang paling disorot dunia saat ini. Sebab Myanmar tempat pmereka tinggal, menolak memberi kewarganegaraan bagi etnis tersebut.

Pada Juni dan Oktober 2012, kerusuhan bernuansa etnis pecah di negara bagian Rakhine, Myanmar. Puluhan ribu warga Rohingya kemudian meninggalkan wilayah mereka. Kekerasan etnis ini menewaskan ratusan orang dan membuat 140 ribu warga minoritas tersebut kehilangan tempat tinggal.

Rohingya tidak diakui kewarganegaraannya oleh pemerintah Myanmar meski telah tinggal beberapa generasi di negara yang dulunya bernama Burma tersebut. Praktis, mereka sulit mendapatkan pekerjaan, sekolah ataupun jaminan kesehatan.

Pada 20 Mei 2015 lalu, Wapres Jusuf Kalla menyatakan, Indonesia peduli dengan masalah kemanusiaan dan tak akan membiarkan begitu saja para pengungsi Rohingya yang tertolak oleh negaranya sendiri, terkatung-katung di laut. Karena itu, kata dia, RI akan menampung pengungsi Rohingya serta Bangladesh selama 1 tahun.

"Kita setuju selama satu‎ tahun menanganinya," kata JK di Kantor Wapres, Jakarta, Rabu (20/5/2015). "Maka aspek kemanusiaan kita harus menjamin kalau dia mendapatkan kesulitan, ya ditampung diberi makan," imbuh dia.

Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) itu meng‎atakan, alasan penerimaan pengungsi itu berlandaskan pada Pancasila. Terutama sila kedua yang berbunyi: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. ‎

Selain itu, apa yang dilakukan Indonesia merupakan balas budi terhadap dunia internasional. Saat Aceh terkena bencana tsunami, pihak internasional datang membantu. (Ein)

 
 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini