Sukses

'Pesta Reuni' Prajurit Berujung Maut

Perkara pertikaian antar-aparat seperti ini kerap terjadi.

Liputan6.com, Jakarta - Malam masih panjang bagi empat prajurit TNI Angkatan Udara. Usai merayakan reuni dengan ke-13 temannya, mereka memilih berkaraoke di sebuah kafe di Solo Baru, Sukoharjo, Jawa Tengah. Namun, kesenangan itu berujung maut.

Satu nyawa melayang hanya karena masalah sepele, senggolan. Satu orang masih kritis di rumah sakit dan lainnya luka-luka.

Kejadian ini bermula ketika seorang di antaranya bersenggolan dengan pengunjung lainnya yang ternyata anggota Kopassus.

Perkara 'perang saudara' antaraparat seperti ini sering kali terjadi, baik antarprajurit TNI maupun dengan instansi lain seperti Polri. Aparat sering terlibat bentrok karena masalah sepele. Sebut saja bentrok TNI-Polri di Batam pada Rabu 19 November. Penyebabnya, hanya karena saling tatap.

Karena itu, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menyesalkan pengeroyokan TNI AU oleh anggota Kopassus di Kafe Bimo, Minggu 31 Mei 2015. Kasus tersebut, kata dia, harus benar-benar diusut, terlebih satu orang meninggal karenanya.

"Ini sangat tidak boleh terjadi dan ini kejadian. Saya minta ini diusut. Mungkin sudah dilakukan, tapi saya minta sampai 3 kali, ini harus diusut, diusut, diusut," kata Ryamizard di Gedung Kementerian Pertahanan, Jakarta, Rabu (3/6/2015).

Menhan juga mengajak semua pihak menahan diri untuk tidak berspekulasi hingga proses penyidikannya selesai. Agar tidak terulang, dia berencana memanggil semua petinggi TNI, baik Angkatan Darat, Angkatan Laut, maupun Angkatan Udara.

Senin, 22 Desember 2014, Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko menyatakan adanya kemerosotan disiplin dari para prajurit. Walaupun, itu hanya sebagian kecil dari prajurit TNI.

Namun, Ryamizard menegaskan tidak ada yang salah dalam proses perekrutan dan pembinaan anggota TNI. Hanya saja, pengawasan terhadap tindak-tanduk prajurit kurang ketat.

Dilarang ke Tempat Hiburan

Menhan mengupayakan agar Polisi Militer bisa berjaga di tempat hiburan malam. Dia optimistis cara ini mampu mencegah hal-hal negatif yang dilakukan anggota TNI di luaran.

"Pengawasan kurang ketat salah satu penyebabnya. Semisal saat apel malam kan anggota harus ada. Kalau enggak ada ya dicari ke mana ini. Jadi provos-provos jaga di dalam. Dan di setiap tempat hiburan juga harus ada Polisi Militer. Di mana-mana ada. Yang tentara enggak boleh masuk," tandas dia.

Larangan ini berlaku bagi seluruh anggota TNI, termasuk petingginya. Bagi yang melanggar, akan ada sanksi tegas hingga pemecatan.

Anggota Komisi I DPR Sukamta juga menyayangkan baku hantam antara prajurit TNI AU dan anggota Grup II Kopassus itu. Dia pun mendesak doktrin TNI Tri Dharma Eka Karma harus ditanamkan dalam jiwa setiap prajurit.

"Doktrin tersebut kan mempunyai spirit persatuan antara 3 matra, yaitu TNI AD, TNI AU, dan TNI AL. Dengan doktrin seperti ini, harusnya konflik-konflik antaroknum matra tidak lagi terjadi," kata Sukamta melalui keterangan tertulisnya.

Apalagi, lanjut dia, saat ini perang tidak hanya terjadi secara simetris atau konvensional. Perang juga terjadi secara asimetris atau assymetrics warfare, yaitu bersifat lembut karena tidak hanya mencakup perang secara militer, namun mencakup 8 dimensi kehidupan yang sering disebut astagrata atau politik, ekonomi, sosial, budaya.

Terduga Lain Diperiksa

Danjen Kopassus Mayjen Doni Monardo mewakili korpsnya jantan mengakui prajuritnya lah yang mengeroyok empat anggota TNI AU. Dia pun meminta maaf dan mengucapkan belasungkawa terhadap keluarga korban.

"Kami segenap keluarga besar Kopassus ikut berbelasungkawa sebesar-besarnya, terutama keluarga korban. Termasuk yang dirawat," tulis Doni dalam keterangan tertulisnya, Selasa (2/6/2015).

Kopassus bertanggung jawab atas biaya pengobatan korban luka. Kopassus juga memberikan santunan kepada korban yang ditinggalkan.

Sementara, lima pelaku sudah diserahkan ke Denpom. Terduga lainnya masih dalam penyelidikan oleh pihak Kopassus.

"Kami masih melakukan pendalaman jumlah anggota yang terlibat dalam peristiwa tersebut. Namun, 5 di antaranya sudah diserahkan ke Denpom untuk diperiksa," tulis Danjen Kopassus Mayjen Doni Monardo, dalam keterangan tertulisnya kepada Liputan6.com, Selasa (2/6/2015).

Dia berharap kejadian seperti ini tidak terulang lagi. Untuk itu, Kopassus akan mengevaluasi kesatuannya.

Menhan pada akhir tahun lalu pernah mewanti-wanti agar para prajurit TNI menjaga kekompakan. Oleh karena itu, sangat disayangkan, bentrokan ini terjadi.

Sebelumnya, empat prajurit TNI AU dikeroyok sekelompok orang pada Minggu, 31 Mei 2015 di Kafe Bimo, Solo Baru, Sukoharjo, Jawa Tengah. Mereka di antaranya Serma Zulkifli dan Pelda Teguh Prasetyo.

Saat itu, mereka baru saja berpisah dari rombongan prajurit lain setelah menghadiri acara reuni. 13 Prajurit TNI AU lainnya memutuskan kembali ke rumah. Sementara 4 lainnya ingin menghabiskan malam di Kafe Bimo.

Zulkifli meninggal dunia setelah sempat mendapat perawatan medis. Jenazahnya diterbangkan dengan Hercules A-1327 dari Lanud Adisutjipto Yogyakarta ke Jakarta, Selasa 2 Juni 2015. Sedangkan Teguh masih kritis di rumah sakit. (Bob/Ans)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini