Sukses

Israel Lancarkan Serangan Udara, Balasan Roket Gaza?

Warga Gaza mengatakan rudal menghantam beberapa lokasi di seluruh Jalur Gaza.

Liputan6.com, Gaza - Sembilan bulan setelah gencatan senjata dilakukan, pesawat tempur Israel dilaporkan kembali menyerang sejumlah situs di Jalur Gaza dari udara pada Rabu pagi waktu setempat. Namun belum jelas apa pemicu kedua wilayah itu kembali memanas.

"Pesawat tempur berdatangan setelah roket yang diduga ditembakkan militan Palestina mendarat di dekat kota pelabuhan Israel, Ashdod," kata warga dan militer Israel seperti dikutip dari Reuters, Rabu (27/5/2015).

"Telah dikonfirmasi bahwa serangan roket mengenai 4 'infrastruktur teror' di Jalur Gaza selatan. Belum ada laporan adanya korban atau kerusakan," ucap militer Israel.

Warga Gaza mengatakan rudal menghantam beberapa lokasi di seluruh Jalur Gaza, termasuk tempat-tempat yang digunakan sebagai kamp pelatihan militan di situs permukiman Israel -- sebelum Israel menarik diri dari Gaza pada tahun 2005.

Roket pada Selasa 26 Mei mendarat di dekat Asdod, sekitar 20 kilometer (12 mil) utara dari perbatasan Gaza. Jarak serangan itu yang terjauh, sejak gencatan senjata yang mengakhiri perang 50 hari pada 2014 lalu.

"Serangan ini merupakan respons langsung terhadap Hamas dan agresinya terhadap warga sipil Israel yang berasal dari Jalur Gaza," kata juru bicara militer Letnan Kolonel Peter Lerner dalam sebuah pernyataan. "Serangan ini akan menimbulkan konsekuensi."

Sejauh ini belum ada ada yang mengaku bertanggung jawab atas serangan roket yang diluncurkan dari Gaza.

Media Israel berspekulasi bahwa pertikaian antara militan di Jalur Gaza, yang jadi pemicu penembakan roket tanpa izin dari penguasa Hamas di Gaza.

Faksi saingan militan di Gaza diduga marah karena beberapa bulan setelah perang berakhir, tak kunjung ada kemajuan untuk memperbaiki wilayahnya. Janji untuk pendanaan guna merekonstruksi bangunan hancur selama perang juga belum ditepati.

Menurut informasi yang beredar, upaya rekonsiliasi antara Hamas dan Otoritas Palestina yang didukung Barat -- pimpinan Presiden Mahmoud Abbas -- telah goyah, menambah kesulitan dan menghambat sumbangan bantuan asing dan impor bahan bangunan ke sana.

Hamas telah memberlakukan 'pajak solidaritas', dan gaji para pekerja yang tidak selaras dengan Otoritas Palestina tak dibayar penuh.

Sementara pihak Israel mempertahankan blokade parsial pada wilayahnya, dan Mesir menutup perbatasan Rafah.

Juli hingga Agustus 2014 lalu, militan di Gaza meluncurkan ribuan roket dan bom mortir ke Israel. Keduanya terlibat perang selama 50 hari. Wilayah ini sebagian besar sudah tak memanas sejak gencatan senjata Agustus 2014. (Tnt/Mut)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.