Sukses

Negarakertagama dan Babad Dipanegara Jadi Memory of The World

2 Manuskrip asal Indonesia yang dikukuhkan sebagai ingatan dunia, yakni kitab Negarakertagama dan Babad Dipanegara.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan atau UNESCO telah mengukuhkan 2 manuskrip kuno yang berasal dari Indonesia sebagai warisan dokumenter ingatan dunia atau Memory of the World.

Melalui sidang pada 18-21 Juni 2013 di Korea Selatan, UNESCO menetapkan 54 inskripsi dari puluhan negara Memory of the World. Dan 2 manuskrip asal Indonesia yang dikukuhkan dalam sidang ini adalah kitab Negarakertagama dan Babad Dipanegara.

"Kami apresiasi semua pihak yang telah membuat ini terjadi. Ini kerja panjang, yang di balik semua itu perlu keuletan, dan membawa kedua kitab ini menjadi Memory of the World," ujar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan pada acara penyerahan piagam Memory of the World di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Senin (25/5/2015).

Usaha yang dilakukan oleh UNESCO dalam program Memory of the World ini menurut Anies juga sangat penting bagi bangsa Indonesia. "Bagi Indonesia, ini pengakuan tingginya kebudayaan bangsa," ujar dia.

"Ikhtiar UNESCO ini tidak hanya untuk melindungi peningalan sejarah, tapi juga menggugah kita semua agar menjadi ingatan dunia, dan menjadi bahan menyusun masa depan," imbuh Anies.

Sementara itu, tokoh pendidikan nasional yang juga hadir dalam acara tersebut, Wardiman Djojonegoro, menyebut penghargaan yang diberikan UNESCO kepada Indonesia atas 2 manuskrip ini merupakan hal yang wajar dan sudah sepantasnya dilakukan.

Lantaran, Negarakertagama yang ditulis di atas pelepah lontar dan Babad Dipanegara yang ditulis oleh Pangeran Diponegoro selama diasingkan penjajah merupakan kitab modern pada zamannya.

"Tahun 1365 ini sudah sangat lama. Kitab Negarakertagama ini menceritakan Kerajaan Majapahit dan kehidupan sosialnya yang begitu meyakinkan," kata Wardiman.

Tak hanya itu, di saat sistem kekuasaan hanya berpusat pada seorang raja, Mpu Prapanca berani menulis ide modern mengenai demokrasi.

"Keadilan sosial, kebebasan beragama sudah dijunjung tinggi. Ini kesaksian mengenai demokrasi di depan rakyat, di mana masih dianut keabsolutan. Dan kitab ini sudah sangat maju," pungkas Wardiman.

Perpusatakaan Nasional pada 2008 mengusulkan naskah kuno koleksinya, yakni Negarakertagama sebagai Memory of the World. Kitab abad 14 itu kemudian dikukuhkan sebagai warisan ingatan dunia oleh UNESCO bersama 54 inkripsi lain dari puluhan negara termasuk kitab Babad Dipanegara atau tulisan tangan Pangeran Diponegoro selama pengasingan di Sulawesi Utara pada 1831. (Ndy/yus)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini