Sukses

PBNU Soroti Ketidakadilan Terhadap Pengungsi Rohingya

"Ini adalah bentuk ketidakadilan global yang dipertontonkan," ungkap Masdar Mas'udi.

Liputan6.com, Jakarta - Setelah terkatung-katung di lautan lepas, ribuan warga Rohingya asal Myanmar dan Bangladesh diselamatkan para nelayan Aceh. Mereka kini berada di sejumlah titik lokasi di Kabupaten Aceh Utara, Aceh Timur, dan Kota Langsa.  

Indonesia menyatakan ribuan warga Rohingya itu akan ditampung selama 1 tahun. Berbeda dengan Indonesia, sikap ‎sejumlah negara seperti Malaysia dan Thailand menolak kehadiran mereka. ‎

‎Rais Syuriah PBNU Masdar Farid Mas'udi menduga, keengganan sejumlah negara menampung pengungsi itu karena dianggap akan menambah beban negara bersangkutan. Terlebih, para pengungsi itu datang hanya membawa badan tanpa harta benda.

"Kalau mereka bawa dolar pasti diterima. Kemanusiaan tanpa bawa dolar juga tidak akan diterima, ini sesuatu yang mengenaskan di abad 20 seperti ini," ujar Masdar di Kantor PKB, Jakarta, Jumat (22/5/2015).
‎
Masdar menganggap, pengabaian terhadap para pengungsi itu sebagai bentuk ketidakadilan global. Padahal, masalah penolakan etnis Rohingya menjadi salah satu tragedi kemanusiaan terbesar di dunia.

"Inilah karena kedatangan mereka dianggap akan menambah beban. Ini adalah bentuk ketidakadilan global yang dipertontonkan," ungkap dia.

Masdar mempertanyakan peran peraih Nobel Perdamaian asal Myanmar Aung San Suu Kyi yang tak ‎terdengar suaranya saat ribuan orang dari etnis Rohingya ditolak negaranya sendiri.

"Kita patut pertanyakan kekuatan Nobel Aung San Suu Kyi di mana saat tragedi ini terjadi? Dunia bertanya di mana nobel. Ini ironi manusia modern yang katanya punya prinsip luhur diuji kembali," kata dia.

Untuk itu, Masdar mendesak Indonesia untuk tidak menutup mata dan terus berusaha membantu para pencari suaka tersebut. setidaknya sampai ada tindak lanjut dari Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB.

"Mengundang Indonesia untuk ikut ambil tanggung jawab, apa yang bisa dilakukan adalah menampung mereka dalam batas waktu tertentu," pungkas Masdar. (Ali)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.