Sukses

Tambang Bawah Tanah Papua

Dari tambang terbuka terbesar di dunia, kini PT Freeport Indonesia akan menggarap tambang bawah tanah terbesar di dunia.

Liputan6.com, Timika - Menembus gunung batu, menukik ke perut bumi. Terowongan-terowongan raksasa terbentuk dari ledakan terencana.

Kini panjang terowongan sudah lebih 500 km dan akan terus bertambah hingga 1.000 km. Inilah bagian penting dari mega proyek senilai lebih dari Rp 211 triliun.

Dari tambang terbuka terbesar di dunia, kini PT Freeport Indonesia akan menggarap tambang bawah tanah terbesar di dunia. Tambang dengan total sumber daya mencapai lebih dari 4,9 miliar ton bijih tembaga, emas dan perak.

Bor raksasa menjadi peralatan utama untuk mengetahui kandungan di kedalaman 2,5 km. Ini merupakan eksplorasi tambang bawah tanah paling intens di dunia. Dengan 12.500 titik pengeboran dan total pengeboran sepanjang 2.850 km.

5 Dekade berlalu, tambang PT Freeport tetap jadi pusat perhatian karena kandungan di dalamnya. Jauh di bawah tambang terbuka Grasberg, miliaran ton bijih mineral siap dieksplorasi hingga seperempat abad ke depan.

Tambang bawah tanah tak pernah tidur. Beroperasi 24 jam penuh selama lebih 40 tahun terakhir. Operasi tersebut menelan biaya operasional rata-rata Rp 28 triliun per tahun. Tidak kurang terdapat 30 ribu pekerja dengan 12 ribu karyawan langsung yang didominasi oleh anak bangsa.

Saat ini, pembangunan infrastruktur bawah tanah memasuki tahap baru. Membangun lift di bawah tanah yang mampu mengangkut hingga 300 orang.

Tinggi lift bawah tanah ini mencapai 300 meter atau setara menara Eiffel di Paris, Prancis. Inilah tahap persiapan penambangan sebelum memasuki tahap peruntuhan.

Sejak 43 tahun lalu potensi sumber daya yang dihasilkan dari kegiatan eksplorasi PT Freeport Indonesia mencapai hampir 5 miliar ton material bijih. 2,3 miliar ton berupa cadangan yang akan dieksploitasi hingga tahun 2041 sesuai perpanjangan kontrak karya kedua. Diperkirakan ada sekitar 23 juta ton tembaga, 1.900 ton emas dan 9.800 ton perak yang siap dieksploitasi.

Tak hanya mengandalkan sumber daya manusia, PT Freeport memahami risiko pertambangan bawah tanah jauh lebih besar dari tambang terbuka. Karena itu, tambang ini bekerja dalam sistem otomatis menggunakan alat bantu dengan kendali jarak jauh. Alat-alat raksasa ini bisa dikendalikan dari jarak 2,5 km dari tambang.

Operasional tambang bawah tanah juga tak bisa lepas dari aktivitas tambang terbuka Grasberg. Setiap gerakan permukaan terkontrol oleh sistem yang dipasang. Termasuk getaran akibat aktivitas truk pengangkut raksasa atau haul truck. Pemantauan geoteknik dan sistem proyeksi mutakhir mutlak untuk dilakukan.

Setelah penambangan, penggilingan dan pengapungan mineral berharga, terbentuklah pasir halus yang mengandung tembaga, emas dan perak yang disebut konsentrat. Konsentrat tembaga merupakan produk akhir PT Freeport Indonesia dengan nilai tambah mencapai 95 persen.

Lebih lanjut, konsentrat tembaga dimurnikan untuk menghasilkan logam murni yang akan digunakan industri seperti elektronik, kelistrikan, permesinan dan sebagainya. Termasuk untuk diekspor ke berbagai negara.

Saksikan selengkapnya video penelusuran tambang bawah tanah dalam tayangan Potret Menembus Batas SCTV, Senin 18 Mei 2015. (Nda/Ans)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.