Sukses

Pengamat: Indonesia Lebih Aman dari AS soal Ancaman Terorisme

Keberadaan dan ideologi yang diusung organisasi radikal ISIS menjadi sorotan dari berbagai pihak di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Keberadaan dan ideologi yang diusung organisasi radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) masih mendapatkan perhatian dan dukungan dari beberapa pihak. Kepolisian RI mencatat 159 WNI dan dilaporkan 6 ribu remaja Eropa bergabung dengan kelompok militan pimpinan Abu Bakr Al-Baghdadi ini.

Perkembangan gerakan dan ideologi radikal ISIS dirasa masih menjadi momok mengerikan bagi keamanan global, termasuk Indonesia. Namun pernyataan mengejutkan datang dari pengamat terorisme dari Institute for Policy of Conflict (IPAC) Sidney Jones.

Ia mengatakan, permasalah terorisme di Tanah Air masih lebih aman jika dibandingkan dengan Amerika Serikat (AS).

"Kalau kita lihat, masalah terorisme di Indonesia ini justru lebih aman daripada AS. Di wilayah Asia Tenggara terburuk adalah Filipina dan Thailand. Indonesia itu ada di posisi 31 jauh di bawah AS," ucap Sidney dalam sebuah diskusi 'ISIS dan Ancaman di Indonesia' yang diselenggarakan Institut Peradaban di Wisma Intra Asia, Tebet, Jakarta, Rabu 13 Mei 2015.

Kendati demikian, Sidney mengimbau agar pemerintah tetap perlu waspada terhadap ancaman ISIS dan isu teror lain. Sebab keadaan bisa berubah jika WNI, baik anak-anak atau orang dewasa yang kini bergabung ISIS pulang ke Indonesia.

"Kondisi bisa saja berubah kalau orang yang di Suriah dan Irak pulang ke Tanah Air," lanjut dia.

Menurut data yang ia miliki, hingga April 2015, tercatat sekitar 200-300 WNI berada di Suriah. Sementara warga Malaysia sekitar 80-90 orang. Di Suriah, ISIS membuat camp khusus untuk mereka dengan bernama Katibah Nusantara.

"Unit ini (Katibah Nusantara) didirikan agar mereka yang tidak bisa bahasa Arab bisa saling berkomunikasi dan belajar. Ini juga dibuat sekolah untuk anak-anak mereka dengan bahasa Indonesia dan Melayu," beber Sidney.

Peneliti yang sudah belasan tahun di Indonesia ini juga memaparkan, selama 2 bulan terakhir (Maret - April 2015) setidaknya 38 WNI yang bergabung dengan ISIS tewas dalam pertempuran melawan pasukan Kurdi. Namun dirinya belum tahu apakah kondisi tersebut bisa membuat orang-orang yang akan bergabung dengan grup militan itu berpikir dua kali.

Meski dinilai cukup aman, pemerintah Indonesia dituntut tetap tegas dan waspada terhadap penyebaran paham radikal seperti ISIS. Pemerintah juga dituntut tegas dalam upaya mencegah warganya pergi ke Suriah maupun Irak untuk bergabung dengan grup tersebut. (Tnt/Yus)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini