Sukses

Peringatan Tragedi 98 Usai, Mahasiswa Trisakti Mundur dari Istana

Sesuai dengan protap dari kepolisian kegiatan yang terkait aksi dan keramaian‎ harus berakhir pukul 17.00 WIB.

Liputan6.com, Jakarta - Aksi ratusan mahasiswa Universitas Trisaksi di depan Istana Merdeka, Jakarta usai. Para mahasiswa yang memperingati 17 tahun tragedi Trisakti 12 Mei 1998 itu bubar dengan sendirinya.

Pantauan Liputan6.com, Selasa (12/5/2015), aksi mereka kelar sekitar pukul 17.00 WIB. Sesuai dengan protap dari kepolisian kegiatan yang terkait aksi dan keramaian‎ harus berakhir pukul 17.00 WIB. Jika tidak, kepolisian bisa mengambil tindakan untuk membubarkan para demonstran.

Dalam aksi ini, sejumlah tuntutan disampaikan oleh para mahasiswa. Terutama mengenai pengungkapan orang-orang di balik tragedi yang telah menelan korban jiwa 4 mahasiswa Trisakti tersebut.

Adapun, selain orasi, para mahasiswa ini sempat terlibat kontak fisik dengan para petugas kepolisian saat hendak memaksa menyeberang ke Istana Merdeka. Namun, aksi menyeberang itu mendapat halauan dari petugas kepolisian, hingga akhirnya saling dorong tak terhindarkan.

Meski begitu, aksi saling dorong itu tak berlangsung lama. Petugas kepolisian berhasil memaksa para mahasiswa itu mundur.

Dalam aksi ini, para mahasiswa juga membawa sejumlah atribut aksi. Seperti bendera, poster, dan spanduk. Bahkan, mereka juga membawa 3 replika keranda mayat berwarna hitam dengan tulisan berwarna merah 'Hak Asasi Manusia', 'Korupsi-Kolusi', dan 'Matinya Keadilan'.

Aksi ini juga mendapat pengawalan ketat dari kepolisian. Tak cuma itu, 1 uni‎t kendaraan Barracuda disiagakan di dekat pagar Istana Merdeka.

Tanggal 12 Mei tercatat dalam sejarah reformasi Indonesia sebagai tragedi Trisakti. Saat itu, 4 mahasiswa yang berupaya menumbangkan pemerintah Orde Baru tewas ditembak aparat.

Mereka adalah Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie. Namun, sampai saat ini Tragedi Trisakti hanya mengadili sejumlah aparat Brimob yang masing-masing dihukum 34 bulan penjara.

Pangkat paling tinggi di antara mereka adalah Iptu. Para Jenderal yang mengkomandoi penembakan para aktivis pun sampai saat ini tidak pernah dibawa ke meja hijau. (Ndy/Yus)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.