Sukses

Jurnalis: Penyerbuan Osama Bin Laden Versi AS Penuh Kebohongan

Seymour Hersh menuding AS mengarang cerita penyerbuan yang menewaskan Osama Bin Laden. Gedung Putih pun membantah.

Liputan6.com, London - Helikopter yang terbang rendah, suara ledakan dan rentetan tembakan, warga yang panik -- penyerbuan pasukan elit Amerika Serikat, Navy SEAL ke sebuah rumah di pinggiran Kota Abbottabad, Pakistan, Minggu 1 Mei 2011 digambarkan secara dramatis dan heroik.

Sementara itu, ketegangan terjadi di Gedung Putih. Presiden Barack Obama dan para petinggi menyaksikan video penyerbuan secara langsung. Reaksi Hillary Clinton yang menutup mulut dengan mata terbelalak memberi gambaran tentang kengerian yang mereka saksikan kala itu.

Detik-detik penembakan Osama Bin Laden (Reuters)

Hingga akhirnya, 40 menit kemudian, seorang anggota militer meneriakkan kata "Geronimo EKIA". Geronimo adalah kode bagi tersangka teroris nomor wahid AS, Osama Bin Laden.

Sementara EKIA adalah singkatan dari Enemy Killed in Action. Musuh telah tewas. Osama Bin Laden tamat. Dianggap kesuksesan kebijakan Obama di masa pemerintahan pertamanya.

Namun, cerita penyerbuan Osama mendapat bantahan keras dari  jurnalis investigasi Seymour Hersh -- yang membongkar kasus Pembantaian My Lai di Vietnam tahun 1968.

Wartawan peraih penghargaan Pulitzer itu mengatakan, penyerbuan yang menewaskan Osama bukan merupakan aksi rahasia yang penuh risiko bagi pihak AS. -- melainkan operasi gabungan pihak Amerika Serikat dan intelijen militer Pakistan.

Dalam artikelnya, Hersh menyebut, mulai tahun 2006, Bin Laden ada di bawah kontrol Pakistan, ditahan di Abbottabad dengan bantuan keuangan dari Arab Saudi.

Hers menambahkan, para pejabat tinggi Pakistan memberikan persetujuan yang memungkinkan AS melakukan 'serangan' pada rumah persembunyian Osama -- yang secara de facto bisa disebut pembunuhan -- setelah pihak Negeri Paman Sam menemukan keberadaan Bin Laden lewat sumber intelijen Pakistan.

Kesepakatan lalu diambil, termasuk bahwa AS mengatur secara rinci pengawasan di area, mendapatkan bukti DNA yang mengonfirmasi identitas Bin Laden, dan bahkan menyediakan agen Pakistan untuk membantu memandu operasi.

Lantas apa yang didapat pihak Pakistan? Menurut Hersh, Islamabad mendapatkan keuntungan berupa dukungan keuangan dari AS untuk lembaga intelijen dan para pemimpinnya.

Sebagai bagian dari kesepakatan, kata Hers, AS akan menahan diri untuk tak mengumumkan kematian Bin Laden dalam waktu seminggu, lantas hanya mengatakan bahwa Osama tewas dalam serangan drone di Afghanistan.

Namun, kesepakatan soal itu berubah ketika salah satu helikopter AS jatuh di tengah operasi. Diduga pihak Gedung Putih khawatir, itu bisa mengubah jalan cerita.

Maka Obama pun bicara malam itu juga, mengumumkan bahwa pasukan elit US Navy telah melancarkan serangan ke persembunyian Osama, setelah beberapa bulan mengumpulkan data intelijen tanpa sepengetahuan pihak Pakistan.

"Kisah versi Gedung Putih mungkin ditulis oleh Lewis Caroll," tulis Hersh dalam edisi terbaru London Review of Books, seperti dikutip dari BBC, Selasa (12/5/2015).

Lewis Caroll adalah penulis buku fiksi  'Alice in Wonderland'.

"Kebohongan tingkat tinggi masih jadi modus operandi kebijakan AS, selain penjara-penjara rahasia, serangan drone, penyerbuan pasukan khusus di tengah malam, melewati rantai komando dan melewati orang-orang yang mungkin akan berkata 'tidak'," tulis dia.

Apa yang disampaikan Hers menyebar cepat, mendominasi obrolan politik di media sosial. Situs London Review of Books bahkan tak bisa diakses karena kebanyakan pengunjung.

Bantahan Gedung Putih

Gedung Putih pun langsung mengeluarkan bantahan. "Gagasan tentang operasi yang menewaskan Osama Bin Laden, selain bahwa itu dilakukan secara sepihak oleh AS, adalah salah," kata juru bicara Gedung Putih Ned Price.

Ia menyebut, apa yang disampaikan Hersh tak akurat dan tak berdasar.

Tak hanya pihak Obama, sejumlah jurnalis -- Max Fischer dari Vox dan Peter Bergen dari CNN juga mempertanyakan klaim Hersh.

Ada sejumlah hal penting yang dikritisi. Pertama, soal sumber yang tak kredibel.  Hersh dalam artikelnya mendasarkan pada klaim pejabat intelijen yang tidak disebutkan namanya di AS dan Pakistan, tidak ada satupun yang terlibat langsung dalam operasi itu. Satu-satunya sumber, Asad Durrani hanya mengatakan bahwa salah satu rekannya mendukung klaim Hers.

Masalah lain adalah adanya klaim yang saling bertolak belakang dalam artikel Hersh. Juga, kesimpulan yang tak realistis. Misalnya: mengapa Arab Saudi mendukung seseorang (Osama) yang ingin menggulingkan Kerajaan?

Bagaimana menurut Anda?

(Ein/Mut)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.