Sukses

Pesan Sultan Yogya untuk Adiknya: Jangan Gunakan Kepala Tapi Hati

Sultan menerangkan falsafah Jawa ketika membaca situasi, yaitu tidak pernah menggunakan pikiran tapi mengedepankan perasaan.

Liputan6.com, Yogyakarta - Sultan Hamengkubuwono X kecewa dengan sikap adik-adiknya yang sudah berkomentar di media terkait Sabda Raja yang dikeluarkannya. Sementara mereka tidak hadir memenuhi undangan Sabda Raja.

Sultan menanyakan bagaimana adik-adiknya tahu isi sabda raja karena mereka tidak hadir di tempat. "Mereka diundang 2 kali tidak hadir, bagaimana mereka tahu," kata Sultan di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis (7/5/2015).

Sultan pun menyayangkan, banyak informasi beredar justru memicu spekulasi terkait Sabda Raja. Akibatnya, polemik ini menjadi semakin meluas. Sultan pun meminta kepada adik-adiknya untuk menggunakan hatinya dalam menyelesaikan polemik ini.

"Adik-adik itu jangan hanya menggunakan ini (menunjuk kepala), harus menggunakan ini (memegang dada), kalau baca menggunakan ini (menunjuk kepala) mesti keliru (salah), maka seharusnya menggunakan ini (kembali menunjuk dada)," ucap dia.

Dalam kesempatan ini, Sultan menerangkan falsafah Jawa ketika membaca situasi, yaitu tidak pernah menggunakan pikiran tapi mengedepankan perasaan.

"Orang Jawa itu tidak pernah  berpikir tetapi menggalih (menggunakan hati)," papar dia.

Raja Keraton Yogyakarta Gubernur DIY Sultan Hamengkubuwono X menegaskan, 5 poin Sabda Raja yang beredar di masyarakat melalui media massa tidak sesuai apa yang dikeluarkannya pada 30 April lalu. Menurutnya 5 poin yang beredar di media massa itu salah.

 "Yang dimuat di media tentang 5 poin itu salah semua," kata Sultan di Gunungkidul. Namun Sultan tidak menerangkan isi sabda yang dianggapnya salah itu.

5 poin Sabda Raja pertama yang dikeluarkan adalah pertama, pergantian nama Sri Sultan Hamengku Buwono menjadi Sri Sultan Hamengku Bawono. Kedua, gelar Sultan tentang Khalifatullah dihapuskan. Ketiga, penyebut kaping sedasa diganti kaping sepuluh.

Keempat, mengubah perjanjian antara pendiri Mataram Ki Ageng Giring dengan Ki Ageng Pemanahan. Kelima yaitu menyempurnakan keris Kanjeng Kyai Ageng Kopek dengan Kanjeng Kyai Ageng Joko Piturun. (Mvi/Ein)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini