Sukses

Rusuh di Mana-mana, Maryland Berstatus 'Darurat'

Kondisi yang tak terkendala membuat Gubernur Maryland Larry Hogan mengumumkan keadaan darurat di lokasi terjadinya kekacauan.

Liputan6.com, Maryland - Pengunjuk rasa bentrok dengan polisi di jalan-jalan Baltimore, Amerika Serikat pada Senin 27 April 2015 waktu setempat. Kondisi pun menjadi kacau, aksi kekerasan di mana-mana. Demonstran baku hantam dengan petugas yang mengamankan aksi mereka.

Kondisi yang tak terkendala membuat Gubernur Maryland Larry Hogan mengumumkan keadaan darurat di lokasi terjadinya kekacauan. Ia juga mengerahkan pasukan Garda Nasional. Sementara Walikota Baltimore tengah mengupayakan segala bantuan untuk mengontrol situasi memanas tersebut.

"Apa yang kita lihat malam ini, yang terjadi di kota kami sangat mengganggu. Kota ini dibangun dari generasi ke generasi,  tapi dihancurkan begitu saja oleh orang-orang tak bertanggung jawab -- dengan cara yang sangat tidak masuk akal. Merusak apa yang telah diperjuangkan orang lain," kata Walikota Stephanie Rawlings-Blake seperti dikutip dari CNN, Selasa (28/4/2015).

Pada kesempatan itu, ia juga mengumumkan bahwa akan diberlakukan jam malam setiap hari. Mulai pukul 22.00-05.00. Peraturan itu efektif berlaku mulai Selasa hingga sepekan mendatang.

Walikota Rawlings-Blake menekankan, Baltimore sudah memiliki jam malam wajib bagi kaum muda. Anak berusia di bawah 14 tahun harus pulang sebelum pukul 21.00, sementara remaja 14-16 tahun harus berada di rumah sebelum pukul 22.00 pada hari sekolah.
 
Rawlings-Blake juga berjanji untuk memberikan saksi atas mereka yang bertanggung jawab atas aksi kekerasan.

Menurut Kolonel Darryl D. DeSousa dari Departemen Kepolisian Baltimore, sejauh ini puluhan orang telah ditangkap.

"Ada 15 petugas terluka. Dua lainnya masih dirawat di rumah sakit, dan sisanya sudah dipulangkan. Sebagian besar terluka akibat puing-puing benda berterbangan dalam aksi kekerasan yang belum pernah terjadi sebelumnya," beber DeSousa.

Dalam tayangan kamera CCTV setempat, terlihat polisi anti huru hara berlindung di belakang sebuah kendaraan lapis baja ketika pengunjuk rasa melempari mereka dengan batu. Sampai akhirnya mereka pun melepaskan gas air mata.

Kepolisian Baltimore mengatakan, di tempat lain para demonstran mulai membakar sebuah mobil.

Dalam rekaman tersebut, juga tertangkap aksi orang-orang menjarah toko-toko lokal, dan daerah CVS pharmacy dibakar setelah dijarah. Asap hitam pekat pun memenuhi jalan-jalan.

Kondisi yang tak terkendala membuat Gubernur Maryland Larry Hogan mengumumkan keadaan darurat di lokasi terjadinya kekacauan.

Sejauh ini belum ada laporan cedera di antara para perusuh.

"Kondisi ini membuat frustasi. Orang berpikir bahwa masuk akal untuk menghancurkan kawasan kami," kata Rawlings-Blake. "Orang-orang yang tinggal di sana sudah tersakiti, tapi harus menanggung akibat ulah mereka."

Ancaman

Sebelum kerusuhan pecah, Kepolisian Baltimore mengatakan telah menerima ancaman yang menyebutkan geng akan menuntut balas kepada polisi.

Namun informasi tersebut tak diketahui sumbernya, juga tak diketahui pasti apakah ancaman itu terkait dengan kematian Freddie Gray. Pria kulit hitam yang tewas di tahanan polisi tanpa sebab yang jelas.

Namun kematiannya memang sebelumnya telah memicu protes besar-besaran di Baltimore, yang berdampak pada meningkatknya ketegangan antara polisi dan warga.

"Departemen Kepolisian Baltimore atau Criminal Intelligence Unit sudah menerima informasi kredibel bahwa anggota berbagai geng termasuk Black Guerilla Family, Bloods, dan Crips telah menandatangani kesepakatan untuk membalas dendam terhadap penegak hukum," kata polisi. "Ini ancaman yang nyata."

Hingga 5.000 aparat penegak hukum akan diminta berjaga di wilayah mid-Atlantik, untuk membantu memadamkan kekerasan di Baltimore.

Kolonel William Pallozzi dari Kepolisian Negara Maryland mengatakan, sekitar 1.500 anggota Garda Nasional telah dikerahkan.

Polisi Negara Maryland juga memerintahkan tambahan 40 polisi ke Baltimore, untuk bergabung dengan 42 polisi yang sudah dikirim ke sana Senin sore. Sejak Kamis lalu, lebih dari 280 polisi negara bagian telah memberikan bantuan di Baltimore.

"Penjarahan dan tindak kekerasan di Baltimore hari ini tidak akan ditoleransi," kata Gubernur Maryland Hogan. "Ada perbedaan yang signifikan antara protes dan kekerasan, dan mereka yang melakukan tindakan ini akan dituntut."

Secara terpisah, Presiden Barack Obama  menyatakan mengutuk tindakan kekerasan di Baltimore. (Tnt/Ein)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini