Sukses

Ini Gejala Oligarki Politik yang Merasuk Indonesia

Oligarki politik mengancam demokrasi Indonesia karena partai yang seharusnya mengakomodir suara rakyat, malah digunakan elite tertentu.

Liputan6.com, Serang - Munculnya ketua partai politik (parpol) beberapa tahun terakhir yang memodali partainya dengan dana cukup besar tanpa disertai kemampuan memimpin organisasi yang benar-benar mumpuni ditengarai menjadi preseden buruk bagi dunia perpolitikan Indonesia.

Pengamat sosial Ignas Kleden menilai dengan kondisi tersebut berarti gejala oligarki politik mulai merasuk di Indonesia. Oligarki politik merupakan bentuk pemerintahan yang kekuasaan politiknya secara efektif dipegang oleh kelompok elite tertentu.

"Ini satu gejala oligarki. Mereka yang memimpin partai yang mampu membiayai partai seperti Prabowo Subianto (Partai Gerindra), Surya Paloh (Partai Nasdem), Aburizal Bakrie (Partai Golkar) dan Hary Tanoesoedibjo (Partai Perindo). Mereka semua memimpin partai, karena memiliki kekuatan untuk membiayai partai," nilai Ignas saat menjadi pemateri pada acara Sekolah Demokrasi Indonesia di Kota Serang, Minggu (12/4/2015).

Menurut dia, oligarki politik bisa saja mengancam demokrasi Indonesia, karena partai yang seharusnya mampu mengakomodir suara rakyat, malah digunakan oleh kepentingan individu atau kelompok tertentu.

"Pemerintah sebaiknya mengatur ulang aturan sumber dana partai, sehingga kemakmuran rakyat yang diinginkan oleh konstitusi dapat tercapai. Pemerintah juga harus memikirkan pihak yang tepat untuk membiayai partai," kata Ignas.

Sosiolog itu mengajukan solusi, misalnya pemerintah mengikuti aturan main seperti di negeri Eropa yang menggunakan dana publik untuk membiayai partai secara seimbang.

"Mereka (parpol di Eropa) diberikan bantuan oleh negara berdasarkan dengan jumlah anggota. Di Eropa juga, iuran anggotanya juga berjalan, sehingga negara mampu memperhitungkan berapa besaran yang diberikan untuk partai politik," tandas Ignas. (Riz/Sss)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.