Sukses

Penjara dan Roket 'Memaksa' Mahasiswa Pulang dari Yaman

110 WNI adalah rombongan pertama yang berhasil dievakuasi dari Yaman, menyusul peperangan yang mengoyak negara itu.

Liputan6.com, Jakarta - Rombongan pertama Warga Negara Indonesia (WNI) yang dievakuasi dari Yaman, tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten Minggu siang. Rombongan berjumlah 110 orang itu melalui 3 penerbangan berbeda.

Seperti dilansir BBC, Minggu (5/4/2015), mereka adalah rombongan pertama WNI yang berhasil dievakuasi dari Yaman, menyusul peperangan yang mengoyak negara itu.

Mereka kebanyakan adalah anak-anak muda yang berlatar santri dan mahasiswa dari sejumlah pesantren dan perguruan tinggi di Yaman.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, yang menjemput langsung rombongan WNI di bandara mengatakan, masih ada sekitar 3 ribu WNI yang berada di Yaman.

"Kita sudah mengevakuasi 792 WNI. Itu yang sudah kita berhasil keluarkan dari Yaman. Kira-kira masih ada sekitar 3.000 warga Indonesia (yang berada di Yaman)," kata Retno.

Retno menjelaskan, saat ini ada sekitar 1.500 mahasiswa Indonesia yang tinggal di Kota Tarim. Sementara di kota Mukallah ada sekitar 500 mahasiswa.

"Tim kita sudah berada di Tarim untuk bicara dengan mahasiswa, dan mengimbau mereka untuk kembali (ke Indonesia)," kata Menlu.

Kendati, lanjut Retno, timnya belum bisa masuk ke Kota Mukallah karena situasinya belum memungkinkan. Pemerintah tidak ada target mengevakuasi WNI di negara yang berbatasan dengan Laut Merah itu.   

"Kita tidak mempunyai target. Situasi sangat cair, sangat dinamis. Kita akan menyesuaikan dengan keadaan, tetapi kita sudah planning," jelas dia.

Sempat Dipenjara

Setelah tiba di Bandara Sukarno-Hatta, 110 warga Indonesia ini akan diantar ke kota asalnya masing-masing, melalui jalur darat dan udara.

Rombongan pertama yang mendarat di Jakarta, terdapat sejumlah santri yang sempat ditahan kelompok militan di Yaman.

Seperti Akhmad Fatkhuri, asal Tegal, Jawa Tengah. Murid Pesantren Darul Hadits di Ibukota Yaman, Sana'a itu mengaku sempat ditahan selama 3 hari sebelum dibebaskan.

"Mereka (kelompok pemberontak Houthi) masuk ke pesantren dan masjid-masjid, dan mengambil santri-santri asing non-Arab. Ditangkap dan dimasukkan penjara mereka. Ada yang dipenjara 8 hari. Saya ditahan 3 hari 3 malam," ungkap Akhmad.

Akhmad mengaku, dia dan teman-temannya dibebaskan setelah KBRI turun tangan langsung.

"Kemudian solusi terakhir, mereka (kelompok Houthi) membikin perjanjian, 'OK kalian mahasiswa asing boleh keluar dari penjara asal keluar dari Yaman," tambah Akhmad.

Tidak Dapat Memaksa

Kementerian Luar Negeri (Kemlu) menyatakan tidak dapat memaksa, dan mereka hanya bisa mengimbau agar WNI di Yaman bersedia dievakuasi.

"Kita imbau dengan sangat untuk mau dievakuasi. Mumpung opsi untuk melakukan evakuasi masih terbuka. Kita tidak pernah tahu kapan situasi akan menjadi lebih buruk," kata Retno.

Azmul Affaf, mahasiswa Universitas Darul Ulum Asay Sya'iyyah di Kota Ghulail, Provinsi Hudaidah mengatakan, dia akhirnya mau dievakuasi karena alasan keamanan.

"Awalnya saya tidak mau pulang. Cuma gara-gara malam ketiga, saya melihat roket turun ke bawah dan langsung meledak, itu bikin saya takut," kata Affaf.

Pendaftaran proses evakuasi WNI di Yaman masih terus dibuka. Pemerintah RI akan terus berusaha memulangkan WNI dari Yaman, menggunakan pesawat atau bahkan kapal laut. Pemerintah juga telah mengirimkan tim evakuasi gabungan unsur TNI, Polri dan Kemlu. (Rmn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.