Sukses

Awas Makanan Berbahaya di Sekitar Kita

Teliti sebelum membeli, pepatah lama ini tetap penting untuk kita perhatikan sebelum membeli makanan dan minuman.

Liputan6.com, Jakarta - Makanan yang kita santap setiap hari haruslah makanan yang sehat, namun di sekitar kita masih ada makanan yang mengandung bakteri, virus, parasit, dan bahan kimia berbahaya. Bahkan ada pedagang yang mencampur daging celeng yang haram dikonsumsi bagi umat Islam. Perilaku curang pedagang nakal dilakukan untuk meraih untung.

Berawal dari laporan masyarakat, sebuah pabrik nata de coco di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta digerebek polisi. Dalam penggerebekan ini terungkap, pelaku menggunakan pupuk urea yang biasa digunakan untuk tanaman bukan urea murni khusus untuk makanan. Selama ini warga kerap terganggu karena pemilik pabrik membuang limbah yang berbau busuk sembarangan.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memastikan pupuk urea yang dikonsumsi berbahaya bagi kesehatan. Yang paling ringan, konsumsi pupuk ZA bisa menyebabkan iritasi pada mata secara gizi juga tak ada manfaatnya. Padahal nata de coco yang diproduksi di sana sudah dipasok ke perusahaan-perusahaan besar di Jakarta.

Bahan kimia berbahaya lain yang sering digunakan adalah formalin. Hal itu seperti yang digunakan di pabrik pengolah kikil di Kelurahan Parakan Nyasak, Kecamatan Indihiang, Tasikmalaya, Jawa Barat.

Mengkonsumsi makanan yang mengandung formalin dalam jangka panjang bisa menyebabkan kerusakan ginjal dan organ reproduksi. Kikil di pabrik itu juga menggunakan bahan kimia hydrogen peroxite dan sulfur nitrat.

Formalin digunakan secara luas di berbagai daerah di Tanah Air termasuk di Ibukota. Dalam sebuah sidak di Pasar Palmerah Jakarta Pusat, petugas menemukan mi kuning dan kikil yang mengandung formalin. Para pedagang beralasan tidak mengetahui kalau barang yang mereka jual itu ternyata mengandung formalin.

Kami pun membawa sejumlah kikil yang dibeli di pasar di Jakarta ke Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan untuk diuji coba. Hasilnya terungkap, sebagian pedagang kerap menggunakan formalin untuk mengawetkan makanan basah seperti tahu, ikan, bakso, dan juga kikil.

Ada sejumlah tips yang bisa Anda lakukan agar tidak terjebak membeli kikil yang mengandung formalin. Kikil yang mengandung formalin biasanya lebih kenyal dan tidak berbau amis.

Jika mengandung formalin, warna kikil lebih putih atau pucat cerah dan tidak dihinggapi lalat jika diletakkan di udara terbuka. Kikil berformalin juga tidak mudah hancur dan saat dimasak masih mengeluarkan bau kimia khas formalin.

Bahan kimia sebenarnya boleh digunakan untuk mengolah bahan makanan. Biasanya bahan kimia untuk makanan dibedakan dengan untuk keperluan lain. Bahan kimia untuk makanan pun penggunaannya harus dalam jumlah yang sesuai, karena bila berlebihan juga berbahaya untuk kesehatan.

Lalu produsen saos di Deli Serdang, Sumatera Utara. Mereka memakai pewarna tekstil pada saos cabe buatannya. Polisi sudah menetapkan 2 tersangka dalam kasus ini, namun direktur utama perusahaan saos itu membantah menggunakan pewarna tekstil.

Bahan kimia bisa dibeli dengan mudah di Indonesia. Dalam penelusuran Tim SCTV di sebuah kawasan di Jawa Tengah, sebuah pabrik kerupuk kulit menggunakan bahan pemutih. Dengan bahan kimia itu kerupuk kulit dari bahan kulit sapi yang nyaris busuk bisa diolah dan terlihat lebih menarik.

Pedagang nakal lainnya memberi pewarna tekstil dan pemanis buatan pada manisan yang mereka jual. Mereka juga memakai tawas. Tawas mengandung logam yang sangat beracun bagi tubuh dan bisa menyebabkan kerusakan hati.

Dampak pemakain bahan kimia berbahaya memang tidak terasa secara langsung tetapi dalam jangka panjang bisa mengakibatkan berbagai penyakit termasuk kanker.

Teliti sebelum membeli, pepatah lama ini tetap penting untuk kita perhatikan sebelum membeli makanan dan minuman. Hal itu perlu kita lakukan agar jangan sampai kita mengkonsumsi produk berbahaya.

Saksikan Barometer Pekan Ini selengkapnya dalam tayangan Liputan 6 Petang SCTV, Sabtu (4/4/2015), di bawah ini. (Vra/Riz)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.