Sukses

300 WNI Diungsikan dari Sanaa ke Arab Saudi

Pemerintah Indonesia mengimbau agar WNI di Yaman untuk pulang di tengah serangan udara yang dipimpin Arab Saudi terhadap pemberontak Al-Hou

Liputan6.com, Sanaa - Sekitar 300 pelajar dan staf Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) telah dievakuasi dari ibukota Yaman, Sanaa ke perbatasan Saudi Arabia. Demikian diinformasikan petugas KBRI.

Pemerintah RI mengimbau agar warga negara Indonesia di Yaman untuk pulang di tengah serangan udara yang dipimpin Arab Saudi terhadap pemberontak Al-Houthi.

"Dalam serangan terakhir, paling tidak 35 buruh tewas dalam ledakan di pabrik di Yaman bagian barat pada Rabu (1 April 2015)," beber para petugas medis.

Lebih dari 300 WNI dari Sanaa dan sekitarnya diberangkatkan ke pelabuhan di Laut Merah, Hudaydah pada Senin dan Rabu (1 April 2015). "Mereka telah tiba di perbatasan Jizan, perbatasan Saudi," kata Muhammad Wazier Hidayat, mahasiswa Indonesia yang bekerja di KBRI, seperti dikutip dari BBC Indonesia, Kamis (2/4/2015).

Setelah diberangkatkan dari Sanaa, imbuh Hidayat, mereka berkumpul di Hudaidah dan melanjutkan perjalanan dari Hudaidah ke Jizan Rabu siang dengan menggunakan enam bus.

Hidayat dan 4 mahasiswa Indonesia lain masih berada di KBRI Sanaa, namun menyatakan siap untuk angkat kaki begitu kondisi memburuk.

Serangan Dekat KBRI

"Sanaa bisa dikatakan aman dan tidak aman...Serangan udara kemarin malam sempat mengenai gudang senjata yang terletak 2 kilometer dari KBRI," tutur Hidayat.

Dari kota pelabuhan Laut Merah Hudaydah, lebih 200 WNI diangkut ke Jizan, Arab Saudi. "Namun kami siap untuk pergi bila kondisi memburuk," ucap dia.

Serangan udara dilancarkan ke posisi-posisi milisi Al-Houthi di sembilan dari 12 provinsi di Yaman, antara lain untuk mencegah kelompok tersebut menguasai Aden, yang menjadi ibu kota sementara pemerintahan setelah Al-Houthi berhasil merebut ibukota Sanaa.

Kementerian Luar Negeri Indonesia mencatat lebih dari 4.100 WNI di Yaman dan tetap membuka pendaftaran untuk proses evakuasi. Namun sejumlah WNI di Yaman termasuk di Hadramaut menolak untuk dievakuasi karena kondisi di wilayah itu "masih aman."

Rofik Anwari, Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia di Provinsi Hadramaut, Yaman, di antaranya yang mengatakan tidak bersedia untuk dievakuasi.

"Kawasan ini aman, dan kami masih dapat belajar di sini," kata Rofik. (Ans)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.