Sukses

Jaksa: Kopilot Sengaja Turunkan Ketinggian Terbang Germanwings

"Data transponder menunjukkan bahwa sistem autopilot pada Flight Germanwings 9525 telah diprogram oleh seseorang di kokpit."

Liputan6.com, Paris - Di tengah penyelidikan penyebab pesawat jatuh Germanwings 4U 9525, sejumlah data mengarah pada dugaan bahwa kopilot sengaja menjatuhkan burung besi tersebut di pegunungan Alpen, Prancis pada 24 Maret lalu.

"Andreas Lubitz diduga mengunci diri di kokpit dan 'sengaja' menabrakkan pesawat dengan kecepatan penuh ke Pegunungan Alpen. Mengabaikan gedoran keras di pintu kokpit dari sang kapten, dan suara jeritan penumpang," demikian dugaan jaksa Marseille Brice Robin seperti dilansir dari National Post.com, Jumat (27/3/3015).

Dalam sepersekian detik, sambung si jaksa, ia diduga membunuh 150 orang yang berada di pesawat, termasuk dirinya sendiri. "Lubitz diduga berniat menghancurkan pesawat itu," ucap Robin menyimpulkan hasil penelitian otoritas Prancis setelah mendengarkan menit terakhir rekaman pada Cockpit Voice Recorder (CVR) Flight 9525.

"Data transponder menunjukkan bahwa sistem autopilot pada Flight Germanwings 9525 telah diprogram oleh seseorang di kokpit, untuk mengubah ketinggian pesawat dari 38.000 kaki," demikian dikutip dari situs Flightradar24 -- sebuah situs pelacak data penerbangan -- yang dimuat di CNN.

Jaksa penuntut menduga, Lubitz menurunkan ketinggian terbang pesawat dalam diam. Membuatnya burung besi raksasa itu menukik hingga 8 menit ke arah gunung di Prancis itu.

Dalam pemaparan Robin, sang pilot yang belum teridentifikasi meninggalkan kokpit saat pesawat mencapai ketinggian jelajah, mungkin ke toilet. Kemudian kopilot berusia 28 tahun itu yang mengambil alih kendali Airbus A320 itu, sesuai dengan permintaan sang kapten.

"Ketika dia sendirian, kopilot diduga memanipulasi tombol sistem pemantauan penerbangan untuk memulai keturunan pesawat," ucap Robin.

Dari rekaman suara yang telah dianalisis, pilot yang berada di luar kemudian menggedor pintu beberapa kali. Tapi tak ada tanggapan. "Pintu kokpit hanya bisa dikunci secara manual dari dalam," jelas Robin.

Si kopilot tak mengucap sepatah kata pun saat kapten di luar. "Terjadi keheningan di kokpit."

Selama beberapa menit terakhir penerbangan itu, terdengar pernapasan kopilot yang tenang dan sepenuhnya sadar. "Anda tidak mendapatkan kesan ada kepanikan, pernapasannya sama. Stabil. Tidak terengah-engah. Wajar, seperti pernapasan manusia pada umumnya, " ucapnya.

A320 dirancang dengan sistem perlindungan untuk mencegah masuknya seseorang ke kokpit. Namun juga memungkinkan masuknya pilot secara darurat jika terjadi sesuatu terhadap salah satu pengendali penerbangan itu. 

Anehnya, kode verifikasi yang dimasukkan kru dan pilot tak bisa digunakan.

Kendati demikian, aksi Lubitz belum dinyatakan sebagai bagian dari plot teroris.

"Pada saat ini, tidak ada indikasi bahwa ini adalah aksi terorisme," kata Robin dan menambahkan bahwa Lubitz tidak memiliki hubungan dengan kelompok teroris. Menteri Dalam Negeri Jerman juga setuju dengan penyataan Robin.

Sejauh ini, Robin tak mau menggunakan kata 'bunuh diri' dan belum mengetahui motif Lubitz.

"Biasanya ketika Anda melakukan bunuh diri, Anda melakukannya sendiri. Bila Anda membawa 150 orang, saya tidak menyebut itu bunuh diri" "Kopilot yang sengaja mengatur kontrol untuk mempercepat pesawat agar turun ke sisi gunung dalam kondisi sadar sampai terjadi tabrakan," jelas Robin.

"Tindakan ini hanya bisa dilakukan secara sengaja. Mustahil mengubah tombol secara tidak sengaja. Jika Anda pingsan dan membungkuk di atasnya dan tak sengaja memencet, itu hanya akan membuat pesawat turun sedikit dan tak berimbas pada apapun," tegasnya.

"Dia tidak menjawab apa-apa. Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun. Di kokpit, hanya diam. "

Kepala eksekutif Lufthansa Carsten Spohr mengatakan ia 'terkejut' dengan informasi sementara tersebut, padahal Lubitz telah lulus semua tes psikologi yang diperlukan sebelum terbang.

Dia menambahkan bahwa tidak ada 'sistem keamanan di dunia yang bisa mencegah tindakan si kopilot.

Informasi baru yang mengejutkan ini dirilis saat keluarga dan teman-teman korban pergi ke pegunungan, titik terjadinya kecelakaan yang terpencil.

Pesawat Germanwings yang terbang dari Barcelona, Spanyol menuju Dusseldof, Jerman mengalami kecelakaan di Pegunungan Alpen, Prancis pada Selasa 24 Maret pagi sekitar pukul 10.30 waktu setempat. Seluruh penumpang yang berjumlah 150 orang, termasuk pilot dan kru pesawat, dinyatakan tewas.

Menurut Germanwing, pesawat itu terbang pada ketinggian 38.000 kaki -- jelajah ketinggian normal -- ketika tiba-tiba mulai kehilangan ketinggian dan menukik tajam selama 8 menit. Ketika pesawat itu berada pada 6.000 kaki, radar Prancis melaporkan kehilangan kontak.

Menurut data manifes, 150 orang di pesawat nahas yang terbang dari Barcelona menuju Dusseldof itu di antaranya adalah 67 warga Jerman, 40 Spanyol, 1 Belgia, 1 Belanda, dan 2 Australia. Data lengkapnya masih ditelusuri.

Dilaporkan ada 16 pelajar dan 2 guru dari Sekolah Joseph-Koenig di Haltern, bagian barat Jerman. Dua penyanyi opera juga diberitakan menjadi korban dalam insiden tersebut, mereka adalah Oleg Bryjak dan Maria Radner.

Dua warga Australia dan seorang pebisnis di Israel juga disebut-sebut berada di dalam pesawat tersebut. Germanwings merupakan anak perusahaan dari maskapai Jerman, Lufthansa. (Tnt/Ein)

Baca: Misteri Suara Gedoran di Pintu Kokpit Germanwings Nahas

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini