Sukses

Kisah Persahabatan Lee Kuan Yew dan Soeharto

Mantan pemimpin Singapura Lee Kuan Yew tanpa ragu menyebut Presiden ke-2 RI Soeharto sebagai sahabatnya.

Liputan6.com, Singapura - Singapura dan Indonesia merupakan tetangga dekat. Kedekatan geografis ini sontak membuat relasi kedua negara terbina hampir di semua sektor dan tidak bisa dilepaskan.

Begitu pula kedekatan antar pemimpin negara. Mantan pemimpin Singapura Lee Kuan Yew membina persahabatan dengan Presiden kedua Indonesia, Soeharto. Tanpa ragu Lee menyebut ayah dari Hutomo Mandala Putra ini sebagai teman dekatnya.

Sebagai sahabat, Lee pernah mengatakan, meski hubungan kedua negara tak selalu berada dalam kondisi harmonis, tapi karena dasar persahabatan, kerikil dan batu besar penghalang relasi kedua negara kerap bisa teratasi.

"Persahabatan kami mengatasi sejumlah prasangka antara Singapura dan Indonesia," kata Lee dalam buku biografi pribadinya, seperti dikutip dari Today Online, Senin (23/3/2015).

Lee menyatakan persahabatan antara dirinya dan Soeharto bukan omong kosong yang tak berbukti. Ayah PM singapura saat ini Lee Tsien Loong mengatakan bersama pemimpin Orde Baru itu dia selalu menyempatkan berbincang di sejumlah kesempatan.

"Sepanjang periode 1970-1980 kami bertemu setiap tahun, untuk terus membina hubungan, kami bertukar pandangan, dan mendiskusikan hal-hal penting," sebut Lee.

Persahabatan Lee dan Soeharto semakin kental terlihat di era kejatuhan Orde Baru pada 1997-1998. Secara lantang dirinya menentang tekanan dari Dana Moneter Internasional (IMF) yang meminta reformasi struktural di Pemerintahan Indonesia.

Lee menegaskan, reformasi yang diminta IMF bukan solusi. Ketika itu, dia percaya diskontinuitas Pemerintahan Indonesia akan memperburuk situasi genting.

Tidak berhenti sampai di situ, ketika Soeharto jatuh dan dicaci baik di dalam dan luar negeri, Lee justru pasang badan. Lee meminta dunia melihat Soeharto dari sisi lain. Bahkan, pria kelahiran 16 September 1923 melabeli sahabatnya itu seorang patriot.

"Ini adalah tragedi besar, dia (Soeharto) merupakan pemimpin besar, Indonesia yang miskin pada tahun 1965 diubah menjadi 'macan ekonomi' dan mendidik orang-orang Indonesia demi mengembangkan infrastruktur dan pembangunan," ucap Lee saat itu.

Usman Harun

Salah satu "kerikil" dalam hubungan Indonesia-Singapura adalah kasus hukuman mati dua anggota KKO atau Angkatan Laut, Usman dan Hamid. Dua prajurit dihukum mati karena melakukan pengeboman di Orchard Road, Singapura, pada 1965. Saat itu, Indonesia sedang melakukan konfrontasi dengan Malaysia. Sementara, Singapura merupakan bagian dari Malaysia.

Pada 1968, eksekusi akhirnya akan dilakukan. Rezim di Indonesia telah berganti, Orde Lama tumbang. Pemimpin baru, Soeharto, secara terbuka meminta kepada Lee Kuan Yew untuk memberikan keringanan hukuman kepada dua anggota KKO itu. Namun, permintaan itu ditolak. Usman dan Harun tetap digantung pada 17 Oktober 1968.

Penolakan Singapura tersebut memicu kemarahan di Indonesia. Kepulangan jenazah kedua personel KKO itu ke Tanah Air disambut secara besar-besaran.

Ketegangan hubungan antara Indonesia dan Singapura memuncak. Kedutaan Besar Singapura di Jalan Indramayu, Menteng, Jakarta, diserbu dan dirusak massa.

Tiga tahun setelah insiden itu, Lee Kuan Yew merencanakan kunjungan ke Indonesia. Soeharto lantas mengajukan syarat: Lee harus menaburkan bunga di makam Harun dan Usman di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Hal itu disetujui Lee.

Syarat itu tidak lazim. "Namun entah dengan pertimbangan apa, PM Lee setuju meletakkan karangan bunga di makam Usman dan Harun," ujar  Abdul Rachman Ramly, liason officer RI pada kasus Usman-Harun, dalam buku Pak Harto The Untold Story. Hubungan Indonesia dan Singapura pun akhirnya pulih.

Lee Kuan Yew wafat pada usia 91 tahun setelah beberapa pekan dirawat di Rumah Sakit Umum Singapura lantaran menderita pneumonia atau penyakit paru-paru basah.

Lee menghembuskan napas terakhirnya pada Senin dini hari, sekitar pukul 03.18 waktu setempat. Pemerintah dan keluarga saat ini tengah mempersiapkan upacara pemakaman dan penghormatan terakhir untuk mantan Perdana Menteri itu.

Lee yang lahir pada 16 September 1923 itu merupakan pendiri People’s Action Party pada 1954. Dia kemudian menjabat sebagai Perdana Menteri sejak 1959.

Ketika itu, dia memimpin Singapura yang sempat bergabung dengan Pemerintah Federasi Malaysia. Pada akhirnya dia membawa Negeri Singa merdeka pada 1965.

Lee Kuan Yew meniggalkan dua putra, Lee Hsien Loong dan Lee Hsien Yang, serta seorang putri bernama Lee Wei Ling. Istrinya, Kwa Geok Choo telah berpulang pada 2010 silam. (Ger/Ein)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini