Sukses

21-3-1617: Hari Kematian Pocahontas, Antara Fiksi dan Kisah Nyata

Dunia mengenal Pocahontas dari legenda juga fiksi. Tak banyak yang tahu, putri kepala suku Indian itu adalah tokoh nyata.

Liputan6.com, Jakarta - Dunia mengenal Pocahontas dari legenda juga fiksi, salah satunya film kartun Disney yang dirilis tahun 1995. Alkisah, ia adalah anak kepala suku Indian yang jatuh cinta dan menyelamatkan nyawa seorang kapten Inggris, John Smith.

Namun, dikisahkan, kedua sejoli yang memiliki latar belakang berbeda itu tak pernah bersatu. Smith harus pulang ke Tanah Airnya karena menderita luka parah. Pocahontas hanya bisa menatap kepergiannya.

Tak banyak yang tahu, Pocahontas adalah sosok nyata. Pada hari ini 398 tahun yang lalu, ia meninggal dunia jauh dari tanah leluhurnya yang kini menjadi Amerika Serikat. Di Inggris.

Perempuan itu lahir pada tahun 1596 dengan nama Amonute, panggilan akrabnya Matoaka. Namun, ia lebih dikenal sebagai 'Pocahontas' -- yang suka bermain-main, nakal -- karena sifatnya yang riang dan selalu ingin tahu

"Pocahontas adalah putri Wahunsenaca, salah satu kepala Suku Powhatan --yang total terdiri dari 25.000 jiwa," demikian Liputan6.com kutip dari situs resmi National Park Service.



Gadis cilik itu tumbuh besar dengan mempelajari keterampilan yang berguna sebagai istri kelak: bertanam, memanen, memasak, mencari air, mengumpulkan kayu bakar, menganyam tikar, membuat perkakas. Pocahontas juga belajar bagaimana menata rambut pria, mengolah daging hasil berburu, serta menyamak kulit hewan untuk dijadikan pakaian.

Saat Bangsa Inggris datang dan menghuni wilayah terdekat, Jamestown -- permukiman Britania Raya pertama di Amerika -- pada Mei 1607, Pocahontas baru berusia sekitar 11 tahun. Musim dingin tahun itu, sebuah insiden terjadi. Kapten John Smith ditangkap Suku Opechancanough -- kerabat Suku Powhatan.

Dan kisah keduanya pun terjalin. Pocahontas menyelamatkan Kapten Smith yang konon nyaris dieksekusi mati oleh pihak ayahnya, dengan cara yang mengerikan. Posisi badan tengkurap menghadap batu, dengan kepala siap dihancurkan dengan tongkat tajam.

Sebelum hal sadis itu terjadi, Pocahontas berlari dan melindungi Smith. "Pocahontas, putri tersayang kepala suku..., memeluk kepalanya (Smith) dan dan menggunakan tubuhnya untuk melindungi pria itu dari kematian," demikian kutipan dari The Settlement Of Jamestown - 1607 karya Kapten John Smith.

Kepala suku akhirnya tak jadi menghukum Smith. Ia membiarkannya hidup dan meminta sejumlah barang sebagai balasannya. Entah apa yang terjadi kemudian, Powhatan akhirnya menganggap kapten Inggris itu sebagai teman.



Smith pun kembali ke Jameston, kepala suku Indian beberapa kali mengirimkan hadiah makanan bagi orang-orang Inggris yang kelaparan, sebagai barter senjata, batu gerinda, juga pernak pernik. Pocahontas kerap ikut dalam rombongan, sebagai simbol perdamaian dengan para pendatang.

Orang-orang Inggris mengenal Pocahontas sebagai anak kesayangan kepala suku Powhatan. Jadi, gadis cilik itu adalah orang penting.

Seiring waktu berlalu, hubungan antara Indian Powhatan dan Inggris mulai memburuk, namun persahabatan Pocahontas dengan para pemukim tak lantas berakhir.

Pada 1608-1609, orang Inggris mendatangi berbagai suku Powhatan untuk menukarkan manik-manik dan pernak-pernik dengan jagung. Namun, kekeringan melanda daerah itu, tak ada cukup makanan untuk dibagikan. Para pendatang pun menebar ancaman bakal membakar tempat tinggal suku Indian. Permusuhan makin menjadi.

Smith dan pasukannya juga mengunjungi permukiman Indian yang dipimpin ayah Pocahontas, untuk mendapatkan makanan. Namun, pihak suku berniat menjebaknya. Malam hari, sendirian menembus gelapnya malam, Pocahontas memperingatkan orang-orang Inggris soal bahaya yang mengintai. Pasukan ayahnya bermaksud membunuh mereka semua.

Setelah itu, gadis Pocahontas menghilang ke dalam hutan. Malam itu adalah pertemuan terakhirnya dengan Kapten Smith di Virginia.

Pada musim gugur 1609 Smith meninggalkan Virginia akibat luka bakar parah di kakinya, terkena ledakan mesiu. Pocahontas dan suku Powhatan mendapat kabar bahwa sang kapten meninggal dalam perjalanan kembali ke kampung halamannya. Ternyata itu bohong belaka.

Pocahontas berhenti menemui orang-orang Inggris. Namun, ia kemudian masih sempat menyelamatkan nyawa pendatang bernama Henry Spelman.

Pada tahun 1609-1610, Pocahontas berusia 14 tahun. Waktunya menikah. Ia pun kawin dengan Kocoum, salah satu tentara ayahnya. Karena status suaminya tidak tinggi, pernikahan itu mungkin didasari cinta.

Kejadian tak terduga terjadi pada 1613,  Kapten Samuel Argall asal Inggris menculiknya. Tujuannya, untuk menekan pihak Indian. Pocahontas lalu dibawa ke Jamestown, lalu ke Henrico -- sebuah pemukiman kecil dekat Richmond, Inggris.

Di sana, Pocahontas belajar bahasa Inggris, agama, juga adat istiadat. Sementara, anggota suku Powhatan yang mengetahui nasibnya bersedia memulai negosiasi dengan Inggris.

Di Henrico, pada tahun 1614, Pocahontas memeluk agama Kristen. Ia dibaptis dengan nama"Rebecca." Pada bulan April tahun yang sama, ia menikah lagi dengan John Rolfe, seorang pebisnis tembakau.



Dua tahun kemudian, Rolfe sekeluarga bepergian ke Inggris. Dibiayai perusahaan Virginia Company of London. Pocahontas, yang kala itu dikenal sebagai "Lady Rebecca Rolfe", membawa serta sekitar selusin pria dan wanita Powhatan.

Di Inggris mereka berkeliling negeri, menghadiri teater di mana perempuan Indian itu duduk dekat Raja James I dan Ratu Anne. Pocahontas dan keluarganya kemudian menetap di sebuah desa di Brentford. Di daerah itu lah ia akhirnya bertemu kembali dengan Kapten John Smith.

Smith tidak melupakan Pocahontas dan bahkan telah menulis surat kepada Ratu Anne menjelaskan jasa-jasa perempuan itu membantu Inggris di tahun-tahun awal berdirinya Jamestown.

Di sisi lain, Pocahontas, yang adalah orang asing di Inggris, menganggap Smith adalah ayah angkatnya.

Pada bulan Maret 1617, keluarga Rolfe bersiap kembali ke Virginia. Setelah melakukan perjalanan menyusuri Sungai Thames, Pocahontas sakit parah.

Nyawanya tak terselamatkan. Di Kota Gravesend, Pocahontas meninggal karena sakit, entah karena pneumonia, disentri, atau cacar air -- tak ada yang bisa memastikan.

Pocahontas dimakamkan di Gereja St. George pada tanggal 21 Maret 1617. Usianya baru 21 tahun saat meninggalkan dunia. Masih teramat muda.



Selain kematian Pocahontas, tanggal 21 Maret juga menjadi momentum peristiwa penting dunia. Pada 1788, hampir seluruh Kota New Orleans, Louisiana, AS hangus oleh api.

Pada 1804, Kode Napoleon mulai diberlakukan sebagai undang-undang sipil Perancis. Sementara, pada 21 Maret  1933, kamp konsentrasi Nazi yang pertama di Dachau selesai dibangun. (Ein/Ado)

Baca juga: Misteri Konspirasi Besar: Ratu Inggris Elizabeth I Sejatinya Pria

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.