Sukses

Mengapa Materi 'Syur' Bikin 3 Hakim Inggris Dipecat

Apa yang dilakukan para hakim memang bukan pelanggaran pidana. "Ini persoalan etika, soal kode etik."

Liputan6.com, London - Skandal menimpa para hakim di Inggris. Tiga pengadil dipecat gara-gara menonton materi yang tak senonoh melalui fasilitas teknologi informasi (TI) di kantor pengadilan.

Meski konten yang mereka saksikan tidak melanggar hukum. Namun, Badan Investigasi Perilaku Yudisial atau Judicial Conduct Investigations Office (JCIO) menegaskan, ini persoalan etika.

Pejabat tertinggi pengadilan Britania Raya Lord Chancellor, Chris Grayling dan Kepala Pengadilan, Lord Thomas menyimpulkan, para oknum telah melakukan 'penyalahgunaan yang tak termaafkan' atas akun resmi mereka. Juga melakukan perilaku yang tak pantas dilakukan seorang hakim.

Tiga hakim -- hakim distrik Timothy Bowles, hakim imigrasi Warren Grant, dan deputi hakim distrik Peter Bullock dihentikan dari jabatannya. Kasus ketiganya tidak saling terkait satu sama lain.

Sementara, hakim keempat Andrew Maw, yang juga melakukan tindakan yang serupa, mengundurkan diri sebelum penyelidikan resmi diumumkan. Ia memutuskan mengambil pensiun dini.

Pengumuman seperti itu belum pernah terjadi sebelumnya. Jarang terjadi seorang hakim dipecat di Inggris. Sejumlah pihak menganggap, pemberhentian 3 hakim sekaligus adalah pukulan serius bagi reputasi peradilan.

Lord Chancellor, Chris Grayling mengatakan, dari sisi hukum, ketiga hakim tersebut tidak melakukan pelanggaran pidana. "Ini persoalan etika, soal kode etik," kata dia seperti dikutip dari BBC, Rabu (18/3/2015)

Grayling menambahkan, JCIO akan selalu mengawasi secara hati-hati pelanggaran kode etik oleh hakim.

Sementara, seorang juru bicara JCIO tak mau berkomentar terkait apa yang mengarahkan pihaknya melakukan penyelidikan.  Ia hanya menambahkan, tiga hakim yang dipecat bisa memilih pekerjaan lain di luar lembaga yudisial.

"Sepengetahuan saya, para hakim tidak mengajukan banding atas putusan tersebut."

Sementara, mantan hakim imigrasi, Warren Grant mengaku menderita depresi yang parah dan tak terdiagnosis saat ia menghadapi tuduhan serius tersebut.

Ia yang kini bekerja di sebuah firma hukum meminta privasinya dihormati. "Saya meminta privasi diri saya dan keluarga dihormati. Biarkan kami melanjutkan hidup." (Ein/Mut)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini