Sukses

Buang Sampah di Gunung Merapi, Pendaki Bakal Kena Sanksi

Setiap pendaki akan diminta untuk menuliskan barang apa saja yang akan dibawa ke puncak Merapi nanti.

Liputan6.com, Yogyakarta - Sejak ditutup 2 bulan lalu, jalur pendakian Gunung Merapi, Sleman, Yogyakarta kini tampil berbeda. Ekosistem hutan di sekitar jalur tersebut pun sudah membaik. Untuk menjaga kelestarian alam, aturan baru akan diterapkan bagi para pendaki Merapi.

Aturan baru ini terkait sampah. Kelak setiap pendaki yang akan naik ke Merapi harus meninggalkan kartu identitas di pos serta membawa kantong plastik untuk sampah. Seperti yang sudah diterapkan di Taman Nasional Gede Pangrango, Jawa Barat.

Setiap pendaki akan diminta untuk menuliskan barang apa saja yang akan dibawa ke puncak Merapi nanti, khususnya bahan makanan selama mendaki. Jika tidak membawa sampah ke bawah saat turun gunung nanti, sanksi akan diterima si pendaki.

"Kita mau suarakan ke publik. Pada 2015 ini mencoba menerapkan aturan baru perbaikan manajemen pendakian di Merapi. Contohnya masalah sampah beberapa waktu itu banyak sampah plastik air mineral kita bawa dari atas," kata Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan BTNGM, Wahid Hadi Wibowo, di Yogyakarta, Selasa (17/3/2015).

"Turunnya kamu bawa sampah nggak? Kalau nggak bawa, sanksinya kartu identitas ditahan. Kalau mendaki lagi dan tetap tidak bawa sampah, akan diberi sanksi lanjutan menanam pohon. Kita lakukan ini secara edukatif," ujar dia.

Selain itu, pendataan daftar makanan yang dibawa para pendaki juga berguna untuk mengevaluasi kesiapan logistik selama pendakian.

"Logistikmu kurang sekian waktu kamu segini kurang makanan ini. Ini kita mengedukasi mereka bagaimana persiapan dan pendakian yang baik," tutur dia.

Nantinya, kuota pendaki setiap harinya juga akan dibatasi. Namun akan dilakukan secara bertahap. Sebagai permulaan, para pendaki Gunung Merapi akan diberi peringatan.

"Peringatan-peringatan dulu, uji coba kemudian rencananya. Efektif ndak, kita perbaiki lagi. Uji coba satu bulan setelah itu baru diterapkan. Jadi sekarang masih uji coba. Ya nanti ketemu formula yang bagus kita terapkan," pungkas Wahid. (Ndy/Yus)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini