Sukses

Tisu Basah Misterius Ditemukan di Pantai Australia, dari MH370?

Tisu basah berukuran 6 cm x 8 cm yang terbungkus plastik berlogo Malaysia Airlines ditemukan di Thirsty Point pada 2 Juli 2014. Dari MH370?

Liputan6.com, Canberra - Sudah setahun Malaysia Airlines MH370 lenyap tanpa jejak. Pesawat yang membawa 238 orang itu dinyatakan berakhir di Samudera Hindia sebelah selatan, di lepas pantai Australia Barat.

Maka, menjadi hal menarik saat sebuah tisu basah yang masih terbungkus plastik yang menyandang logo Malaysia Airlines terdampar di sebuah pantai Australia Barat.

Saat ini, pengkajian masih dilakukan, untuk mencari tahu apakah objek tersebut berasal dari MH370. Tisu basah tersebut telah dikirim ke Canberra.

Benda itu ditemukan oleh pasangan yang sedang berjalan-jalan di sepanjang pantai di Cervantes, sekitar 200 km dari Perth, Juli 2014 lalu. Kingsley dan Vicki Miller -- para penemunya -- mengatakan, tisu basah itu belum dibuka. Mereka merasa hal tersebut janggal.

Sementara, para ahli menyebut, adalah hal masuk akal paket kecil itu menempuh perjalanan jarak jauh. Terbawa angin atau tersapu ombak.

Biro Keamanan Transportasi Australia atau  Australian Transport Safety Bureau (ATSB) belum menemukan kaitan antara bungkusan tisu basah dengan MH370. Mereka juga tak yakin, keduanya ada hubungannya.

 

"Tisu basah berukuran 6 cm x 8 cm yang terbungkus plastik berlogo Malaysia Airlines ditemukan di Thirsty Point pada 2 Juli 2014. barang tersebut diserahkan ke kepolisian West Australia," kata juru bicara ATSB kepada Fairfax Media, seperti dimuat situs Sydney Morning Herald.

"Bagaimana pun tak mungkin benda yang biasa itu, yang tak punya penanda unik, bisa secara meyakinkan dikaitkan dengan MH370."

Temuan paket tisu basah tersebut terungkap beberapa hari setelah peringatan setahun MH370. Boeing 777 tersebut dinyatakan hilang dalam sebuah kecelakaan oleh Pemerintah Malaysia. Semua penumpang dan awak pesawat diasumsikan tewas. 



MH370 berhenti mengirimkan radar saat transponder dan peralatan lain diduga sengaja dimatikan sesaat setelah take off dari Kuala Lumpur pada 8 Maret 2014. Namun, radar militer Malaysia menangkap pergerakan burung besi itu mengarah ke Selatan, menuju Samudera Hindia.

Pesawat yang seharusnya menuju Beijing justru diyakini berakhir di Samudera Hindia bagian selatan.

Laporan 584 halaman yang dirilis Departemen Penerbangan Sipil Malaysia menyuarakan keprihatinan tentang penanganan MH370 yang hilang serta isu mengenai pengangkutan baterai yang berpotensi bahaya di kargo pesawat yang lenyap tersebut.

Dua maskapai Amerika Serikat, United dan Delta, baru-baru ini melarang pengangkutan baterai lithium-ion karena risiko mengalami panas berlebih (overheating) dan meledak serta memicu kebakaran.

Laporan tersebut juga menyoroti kebingungan terkait fakta Malaysia Airlines baru menghubungi ATC tentang pesawat yang hilang, 5 jam setelah komunikasi terakhir dengan MH370.

Keterlambatan pelaporan tersebut diyakini memiliki kontribusi terhadap kesulitan yang dihadapi tim pencari dalam upaya menemukan MH370.

Laporan tersebut juga menyatakan baterai instrumen locator beacon  pada MH370 telah kedaluwarsa setahun sebelum penerbangan terakhirnya.

Sementara itu, Perdana Menteri Tony Abbott mengatakan pemerintah Australia berkomitmen untuk terus mencari pesawat yang hilang itu. "Kami berharap tim pencari dalam kondisi pria dan mempercepat upaya mereka, mendapatkan kabar yang sudah ditunggu-tunggu para keluarga korban," kata PM Abbott.

Ia melanjutkan, "Sudah setahun, tekad kita bersama untuk mendapatkan jawaban (atas misteri MH370) tetap teguh." (Ein/Yus)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini