Sukses

Nabung Sampah Dapat Sembako di Malang

Sampah yang ditabung bisa ditukar dengan paket sembako, bayar listrik hingga asuransi kesehatan.

Liputan6.com, Malang - Sampah menjadi persoalan tersendiri di Kota Malang, Jawa Timur. Sebab setiap hari sedikitnya 420 ton sampai 450 ton sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang. Salah satu inovasi yang digagas Pemkot Malang untuk mengatasi masalah sampah itu adalah dengan mendirikan Bank Sampah Malang (BSM) sejak 2011 silam. Setiap hari ada 3,5 ton sampai 4,5 ton sampah yang masuk dan dikelola oleh BSM tanpa harus masuk ke TPA Supit Urang.
 
"Jika dibanding volume sampah setiap hari yang masuk ke TPA Supit Urang, yang masuk ke BSM memang tidak banyak. Tapi cukup membantu mengurai masalah sampah," kata Teguh Sembodo, Kepala Divisi Operasional BSM, Selasa (24/2/2015).
 
Perkembangan BSM pun cukup signifikan dari awal pendiriannya hanya sebanyak 1.000 nasabah pada 2011. Jumlah nasabah bank sampah pada 2015 ini sudah mencapai 25.000 orang. Disebut nasabah karena mereka menabung sampah dan dikelola oleh BSM. Masing–masing nasabah itu diberi buku tabungan. Nasabah itu bisa dari individu dan kelompok dengan syarat minimal berjumlah 20 anggota.
 
Sampah yang disetorkan ke BSM ini yang setiap hari sebanyak 3,5 ton sampai 4,5 ton itu sebagian besar merupakan jenis non-organik. Komposisinya antara lain 60 persen jenis kertas, sampah plastik 20 persen, 10 persen sampah logam, 5 persen jenis kaca dan hanya 5 persen berupa residu atau sampah organik. "Dengan BSM ini meminta masyarakat agar mau memilah sampahnya sebelum disetor ke BSM," ucap Teguh.

Dia mengakui nasabah BSM ini tidak hanya warga Kota Malang saja. Warga dari daerah tetangga seperti dari Kota Batu dan Kabupaten Malang juga banyak yang menjadi nasabah BSM. Keuntungan dengan menjadi nasabah BSM ini, jika sampah yang disetorkan dan ditabung ini dihargai dengan selisih harga Rp 200 sampai Rp 1.500 per kilogram lebih mahal jika dibanding disetor langsung diminta uang tunai.
 
"Selain itu, sampah yang ditabung bisa ditukar dengan paket sembako, bayar listrik hingga asuransi kesehatan. Tapi penukaran nasabah itu baru bisa dilakukan satu bulan terhitung sejak sampah ditabung," ungkap Teguh.
 
BSM terdiri dari 3 divisi yakni divisi operasional, divisi rumah tangga dan divisi produksi. Divisi rumah tangga berfungsi menerima dan mengambil sampah di nasabah, melakukan pemilahan berdasarkan jenis sampah hingga menjual sampah itu ke pabrik. Sedangkan divisi rumah tangga melayani nasabah untuk pembelian sembako, bayar listrik hingga proses tabungan sampah. Sementara divisi produksi bertugas melakukan pencacahan sampah botol kemasan plastik dan menjualnya ke pabrik.
 
"Kami juga melatih kelompok masyarakat yang bergabung menjadi unit BSM untuk  membuat kerajinan dari sampah. Sehingga semua sampah terutama jenis non organik benar – benar bermanfaat dan memiliki nilai ekonomis," tandas Teguh.
 
Evi Maisaroh, salah seorang nasabah BSM mengaku telah menyetor sampah di BSM sejak setahun silam. Sebanyak 10 kilogram sampah kertas ditabung Evi setiap kali datang ke BSM dan kini rekeningnya terisi uang sebesar Rp 80 ribu. "Lumayan, kertas–kertas yang biasanya saya buang sekarang saya tabung di BSM dan lebih bermanfaat seperti saat ini," ujar Evi.
 
Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang, Erik Santoso, mengatakan, BSM membantu Pemkot Malang mengelola masalah sampah berbasis 3R (Reuse, Reduce dan Recycle) dari sumber limbah rumah tangga. "Ini bagian upaya mengatasi masalah sampah dari hulu ke hilir. Sampah bisa dikelola dan memiliki nilai ekonomi. Sehingga tidak semua sampah masuk ke TPA Supit Urang," ungkap Erik.
 
Untuk pengelolaan sampah di TPA Supit Urang sendiri sudah ada teknologi penangkapan gas metan. Gas metan dari air lindi yang keluar dari sampah itu telah dimanfaatkan bagi sebanyak 420 kepala keluarga (KK) untuk mencukupi kebutuhan energi alternatif. "Setiap hari volume sampah yang masuk ke TPA Supit Urang sebanyak 420 ton sampai 450 ton. Dengan pengelolaan melalui BSM dan pemanfaatan gas metan ini kita harap bisa membantu mengatasi masalah sampah," tegas Erik. (Riz)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini