Sukses

Myanmar Tetapkan Status Darurat di Wilayah Gerilyawan Kokang

Wilayah di mana berlangsung pertempuran maut antara pasukan pemerintah dan pemberontak suku minoritas Kokang berstatus darurat.

Liputan6.com, Naypyidaw - Myanmar memberlakukan status darurat dan tiga bulan masa undang-undang darurat perang di daerah bagian utara, yang telah menghadapi pertempuran maut antara pasukan pemerintah dan pemberontak suku minoritas.

"Langkah yang diumumkan dalam pidato televisi Selasa malam 17 Februari waktu setempat oleh Presiden Thein Sein diambil, karena warga sipil di Kokang terus mengungsi dari daerah pertempuran, yang telah menewaskan sedikitnya 50 tentara dan 26 pemberontak," demikian menurut data pemerintah seperti dikutip dari VOA News, Rabu (18/2/2015).

Media pemerintah Tiongkok menaksir lebih dari 30 ribu penduduk Myanmar telah mengungsi ke seberang perbatasan di provinsi Yunnan di China dalam satu minggu ini, yang mendorong Beijing meningkatkan pengawasan perbatasan dan menyerukan ketenangan di kawasan itu.

Sebelumnya pada hari Selasa 17 Februari, dua orang juga dilaporkan luka-luka ketika konvoi Palang Merah Myanmar terkena tembakan. Saat itu mereka tengah mengangkut warga sipil ke tempat aman di Laukkai, dekat perbatasan China.

Hingga kiini belum diketahui siapa yang bertanggung jawab atas serangan itu, walaupun pemerintah menyalahkan pemberontak.

Pemberontak Kokang, yang sebagian besar terdiri dari etnis China menghendaki otonomi di daerah bagian utara itu, seperti kelompok-kelompok pemberontak suku lain di daerah-daerah perbatasan Myanmar yang lain.

Pemerintah Myanmar, yang telah menjalani beberapa reformasi sejak 2011, sedang berusaha merundingkan persetujuan perdamaian di seluruh negara itu dengan kelompok-kelompok tersebut menjelang pemilu yang dijadwalkan untuk nanti tahun ini.

Sebanyak 50 tentara Myanmar dilaporkan tewas dalam pertempuran selama beberapa hari dengan kelompok etnis Kokang. Puluhan serdadu lainnya mengalami luka-luka.

Pertempuran dengan pihak etnis Kokang berlangsung sejak Senin 9 Februari 2015, di Kota Laukkai, dekat perbatasan dengan China. Demikian dilaporkan media The Global New Light of Myanmar, seperti Liputan6.com kutip dari CNN, Jumat 13 Februari.

Namun, laporan harian itu tak menyebut berapa jumlah korban dari pihak pemberontak. (Tnt/Mut)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini