Sukses

Jakarta Terancam Perubahan Iklim

Jakarta kembali dikepung banjir. Air meluap tak pandang bulu, 366 liter air mengguyur tiap 1 meter persegi tanah Jakarta.

Liputan6.com, Jakarta - Jakarta kembali dikepung banjir. Air meluap tak pandang bulu. Kawasan Istana Merdeka tergenang hingga 0,5 meter dan juga melupumpuhkan aktivitas warga Jakarta. Tidak tanggung-tanggung, dalam sehari keriguan diperkirakan mencapai Rp 1 triliun.

9 Februari lalu curah hujan Ibukota mencapai 366 milimeter, artinya 366 liter air mengguyur tiap 1 meter persegi tanah Jakarta. Tingginya intensitas hujan menjadi penanda ancaman nyata perubahan iklim. Seperti masuknya masa udara dingin dari daratan Siberia, Rusia yang dituding jadi pemicu hujan deras di wilayah Jakarta.

Tahun 2013 lalu banjir juga menggenangi sejumlah jalan protokol ibukota hingga Istana Merdeka. Pompa yang disediakan tidak mampu mengimbangi tingginya air hingga mengakibatkan beberapa tanggul jebol. Seperti tanggul kanal banjir barat (KBT) di kawasan Latuharhari, Jakarta Pusat jebol hingga merendam Hotel Indonesia dan lantai bawah tanah Plaza UOB.

Kerugian akibat banjir saat itu ditaksir mencapai Rp 20 triliun. Jika dulu dikenal siklus 5 tahunan, maka akibat perubahan iklim, frekuensi ancaman bencana ekologis menjadi semakin tinggi.

Tentunya kewaspadaan bencana mutlak diperlukan. Warga Jakarta sudah tak bisa lagi acuh terhadap ancaman iklim, karena potensi hujan dengan intensitas hujan tinggi diperkirakan masih akan berlangsung hingga akhir Februari mendatang.

Jakarta dan area sekitarnya rumah bagi 24 jiwa, kota terpadat ke-10 di dunia, kota dengan 1.000 impian, kota penuh problema, banjir tahunan hingga ledakan penduduk. Badan sungai menyempit, pendangkalan hingga sampah yang menggunung menjadi pangkal masalah yang tak kunjung usai. Daerah resapan menghilang berganti dengan belantara beton, kali-kali kecil menjerit, terhimpit jalan dan bangunan.

Mengendalikan aliran air dari hulu sungai dan membatasi volume air yang masuk ke kota sejatinya bukan barang baru. Pembangunan telah dimulai sejak zaman Belanda. Kanal banjir barat (KBT) yang dibangun 1922 memotong kota Jakarta dari pintu air Manggarai hingga Muara Angke. Sebuah upaya evakuasi aliran air saat musim hujan agar menuju saluran pengalihan banjir, kini tak lagi memadai.

Lalu apa kabar dengan mega proyek kanal banjir dengan sodetan berbiaya triliunan rupiah? Normalisasi Waduk Pluit dan sungai yang saat ini tengah dikerjakan oleh pemerintah untuk mengatasi banjir tahunan yang melanda ibukota? Saksikan selengkapnya dalam video 'Potret Menembus Batasa SCTV, Minggu (15/2/2015) di bawah ini: (Mar/Rmn)





* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.