Sukses

Pemerintah Ukraina Tuding Pemberontak Langgar Gencatan Senjata

Pemerintah Ukraina menyatakan kelompok separatis telah menembakan meriam

Liputan6.com, Kiev - Gencatan senjata di Ukraina kembali terancam gagal. Hal ini karena tuduhan baru yang dilancarkan Pemerintah Ukraina kepada kelompok separatis Pro-Rusia.

Mereka menyatakan kelompok separatis telah menembakan meriam kepada militer Ukraina. Penembakan tersebut terjadi sepanjang pagi hari ini. "Pada pagi ini, 15 Febuari 2015, pasukan pemberontak menembaki kami sepuluh kali," sebut Juru Bicara Pemerintah Ukraina Anatoly Stelmach, seperti dikutip dari Reuters, Minggu (15/2/2015).

"Penembakan tersebut terjadi di sejumlah daerah di Debaltseve," sambung dia. Debaltseve merupakan wilayah yang terletak di Timur Ukraina. Daerah tersebut adalah pusat dari petempuran antara pasukan pro-Rusia dan militer Ukraina.

Senada dengan Stelmach, Jubir Militer Ukraina Vladyslav Seleznyov menyatakan, aksi dari kelompok pemberontak berpontensi merusak gencatan senjata yang sudah dicapai. Sebab, saat ini gencatan senjata itu akan segera ditinjau.

"Gencatan senjata akan ditinjau secara umum. Ini karena tembakan dilancarkan secara acak dan berlangsung di wilayah sipil," sebut Seleznyov.

Gencatan senjata antara pasukan pemerintah Ukraina dan kelompok pemberontak pro-Rusia telah dimulai di Ukraina timur sejak hari ini. Kesepakatan tersebut sempat diharapkan menjadi awal baik bagi kondisi Ukraina di masa mendatang.

Bahkan pasca gencatan senjata disetujui, Presiden Petro Poroshenko mengimbau, seluruh pihak harus menghormati kesepakatan tersebut dan memerintahkan pasukannya menghentikan kontak senjata. "Semoga kesempatan untuk berdamai ini tidak disia-siakan," ujar Poroshenko.

Sejak kondisi Ukraina memanas, lebih dari 5.400 orang tewas. Namun menurut Badan Dunia PBB, jumlah korban tewas di Ukraina hingga saat ini justru jauh lebih tinggi ketimbang laporan resmi Pemerintah Ukraina.

Pertempuran ini merupakan buntut dari pemisahan diri Crimea dari Ukraina dan kemudian bergabung ke Rusia, kemudian diikuti oleh kehadiran pasukanan Rusia di semenanjung Crimea, bagian selatan Ukraina. (Ger/Sun)

 
 
 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.