Sukses

Ini Penyebab Ibukota Jakarta Senantiasa Jadi Langganan Banjir

Penurunan permukaan tanah Jakarta merupakan yang tertinggi di dunia.

Liputan6.com, Jakarta - Sejak zaman Belanda, Jakarta kerap dilanda banjir. Kini jumlah penduduk yang semakin padat dan bangunan gedung yang semakin banyak membuat Jakarta setiap tahunnya mengalami penurunan tanah hingga banjir pun semakin parah.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Sabtu (14/2/2015), penurunan permukaan tanah Jakarta merupakan yang tertinggi di dunia. Rata-rata permukaan tanah di Ibukota menurun 10,8 cm setiap tahunnya. Dan penurunan tanah paling ekstrem terjadi di Jakarta Utara hingga 28 cm per tahunnya.

Inilah yang membuat Jakarta Utara mengalami banjir paling parah. Karena posisi tanah paling rendah, air pun otomatis paling banyak di wilayah ini. Kondisi ini semakin diperparah karena wilayah Jakarta Utara terletak di pesisir pantai.

Selain menerima arus air hujan dari wilayah lain yang lebih tinggi, Jakarta Utara juga kerap mendapat serangan rob atau air pasang dari laut. Terjangan air dari 2 sisi ini membuat kawasan seperti Pluit, Kelapa Gading, hingga Sunter menjadi sarang air.

Bukan rahasia umum lagi jika pembangunan di Jakarta Utara menjadi salah satu yang paling pesat. Mulai kawasan bisnis hingga perumahan mewah ada di sini. Tengok saja daerah Kelapa Gading. Daerah yang tadinya banyak rawa-rawa untuk resapan air, kini berubah menjadi mall, apartemen, dan perumahan mewah.

Hal itu membuat air tak mampu menembus dinding beton. Pada akhirnya hanya 20 persen air yang terserap ke dalam tanah, sedangkan 80 persennya menggenangi perumahan dan jalan raya.

Banjir tak hanya membuat aktivitas terganggu, namun juga merugikan perekonomian. Dalam 1 hari saja, bisnis di Jakarta bisa rugi sekitar Rp 1,5 triliun. Semua sia-sia melayang hanya akibat banjir.

Lalu apa yang harus dilakukan? Haruskah berpangku tangan dan menyerahkan seluruhnya ke pemerintah? Peduli terhadap lingkungan bisa menjadi salah satu cara mengurangi banjir. Salah satu contohnya adalah dengan tidak membuang sampah sembarang.

Sampah-sampah yang menggunung otomatis menyumbat saluran air hingga akhirnya air pun tidak terserap dengan baik dan banjir kembali menerjang. (Vra/Ans)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini