Sukses

Puluhan Narapidana Bengkulu Diajari Menggosok Batu Akik

Batu hasil karya warga binaan di Lapas Malabero kelas II A Bengkulu sudah dijual dengan harga Rp 50 ribu hingga Rp 300 ribu.

Liputan6.com, Bengkulu - Terobosan baru, dalam rangka mempersiapkan pondasi ekonomi para narapidana saat keluar penjara, Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Malabero kelas II A Bengkulu melatih ketrampilan menggosok batu akik.

Tidak tanggung-tanggung, mereka mendatangkan instruktur berpengalaman dari Lembaga Pendidikan dan Ketrampilan (LPK) Puspa Antariksa Jakarta. Termasuk menyiapkan seluruh kebutuhan peralatan mengolah, mulai dari pemotongan gelondongan batu alam, pengasahan, finishing, hingga pemasangan gagang akik agar siap pakai.

Dari 758 narapidana dan tahanan, terpilih 65 narapidana yang dilatih. Tidak hanya menggosok batu, mereka juga dibekali ketrampilan membuat tempe, sabun cair, dan pakan ikan.

Kalapas Klas II A Malabro FA Widyo Putranto mengatakan, warga binaan yang dipimpinya sudah menunjukkan kreatifitas mengasah batu akik. Bahkan, sekarang ini batu akik karya warga binaanya sudah ada yang dujual ke luar Lapas.

"Jenis batu akik yang banyak dipasarkan oleh warga binaan saya adalah jenis batu akik yang sedang naik daun, yaitu batu jenis Red Rafflesia, White rafflesia, dan beberapa jenis batu lokal Bengkulu lain," ujar Widyo saat memantau pelarihan pembuatan batu akik, Bengkulu, Rabu (11/2/2015).

Menurut Widyo, agar kreatifitas warga binaan membuat batu akik tersebut diketahui publik, pihaknya akan menggelar pameran pada 27 April 2015 nanti, saat penghuni lapas kelas II A Malabero dipindahkan ke LP baru di kawasan Bentiring.

Rencana batu akik yang akan dipamerkan adalah batu cincin dan liontin. "Mudah-mudahan hasil kreatifitas yang sedang dilakukan oleh para warga binaan saya ini dapat memberikan efek yang baik dan masa depan bagi mereka," kata dia.

Khusus untuk Liontin Lapas, kata Widyo, pihaknya sedang memesan bor khusus agar nanti peminat liontin bisa digunakan untuk kalung dan berbagai jenis liontin lainnya.

Sekarang ini, lanjut Widyo, hasilnya sudah terlihat. Bahkan 1 orang napi bisa menghasilkan 10-15 biji batu. Batu hasil karya warga binaan ini sudah dijual dengan harga Rp 50 ribu hingga Rp 300 ribu.

Selain itu pihaknya juga sedang melakukan ujicoba menanam tanaman sayuran di sekitar lapas. Karena keterbatasan lahan, jumlah yang ditanam juga masih sedikit, namun jika Lapas sudah pindah ke lokasi baru, ketersediaan lahan yang luas dan tanaman dapat dikembangkan lebih banyak. (Rmn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini