Sukses

4 Strategi Hadapi Bencana ala BNPB

Bencana yang melanda kota-kota besar, sebagai contoh DKI Jakarta, terjadi karena 5 faktor. eksternal maupun internal.

Liputan6.com, Jakarta - Kesiagaan masyarakat Indonesia saat menghadapi bencana ternyata masih rendah. Hal itu menjadi penyebab banyaknya korban berjatuhan, baik korban jiwa maupun harta benda.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menguraikan, bencana yang melanda kota-kota besar, sebagai contoh DKI Jakarta, terjadi karena 5 faktor. Baik eksternal maupun internal.

"Tingkat siap siaga masyarakat akan bencana masih rendah. Ditambah 5 faktor dari dalam maupun luar alam yang menyebabkan Jakarta langganan banjir. Yaitu kepadatan penduduk, urbanisasi, tata ruang, lemahnya penegakan hukum, perubahan iklim," jelas Sutopo di kawasan Cikini Jakarta, Rabu (11/2/2015).

Menurut dia, tata ruang kota di Indonesia tidak memperhitungkan potensi bencana yang dapat terjadi. Lalu penegakan hukum yang lebah bagi perusak alam. Sutopo juga menambahkan koordinasi di tingkat pemerintah tak berjalan baik.

"Tata ruang hanya bagus di kertas. Saya belum pernah melihat tata ruang berbasis bencana. Di Riau ada cagar biosfer, bisa-bisanya di dalamnya ada pabrik potong kayu. Polisi hutannya ke mana? Koordinasi di tingkat pemda mudah dibicarakan, praktiknya sulit," kata dia.

Strategi

Sutopo pun berbagi strategi meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap bahaya bencana. Pertama, jauhkan masyarakat dari titik rawan bencana.

"Pemerintah bisa imbau masyarakat untuk tidak tinggal di daerah langganan bencana. Relokasikan warga dari titik bencana itu pilihan terakhir," ucap Sutopo.

Kedua, lanjut Sutopo, jauhkan bencana dari masyarakat. Ini tergantung sikap pemerintah daerah. Ia memberi contoh pembuatan tanggul dan membangun sistem peringatan dini bencana.

"Misalnya di daerah rawan banjir. Pemerintah bisa buat tanggul, atau bangun sistem peringatan dini," jelas dia.

Ketiga, Sutopo meminta masyarakat hidup harmonis dengan risiko banjir, yaitu bagi warga yang tak punya pilihan tempat tinggal, warga membangun rumah yang dapat meminimalisir bahaya.

"Misalnya di Bengawan Solo, masyarakat sekitar hidup di dalam daerah tanggul. Nah mereka membuat rumah itu seperti rumah panggung dan sudah sedia sampan kalau banjir," ucap dia.

Strategi terakhir, menurut Sutopo, adalah melestarikan kearifan lokal, semisal dengan membangun komunikasi yang baik antarsesama warga agar koordinasi saat bencana berjalan lancar dan menjaga nilai-nilai gotong-royong. (Tnt/Sss)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini