Sukses

Eks Tim IT Kepresidenan: Menyadap Itu Semudah Masak Mi Instan

Semua yang melalui jalur komunikasi sangat mudah disadap.

Liputan6.com, Jakarta Mantan ketua tim IT kepresidenan Pratama Persadha menjelaskan bahwa melakukan penyadapan tidaklah sulit. Semua yang melalui jalur komunikasi sangat mudah disadap.

"Dengan ketersediaan alat, teknologi dan sistem, melakukan penyadapan lebih mudah dari memasak mi instan," kata Pratama, Rabu (4/2/2015).

Menurut Ketua Lembaga Riset Keamanan Cyber dan Komunikasi (CISSReC), penyadapan bisa dilakukan dengan beberapa cara. Mulai metode pasif sampai aktif. ‎Penyadapan pasif dilakukan dengan mengambil info dari Base Transceiver Station (BTS) milik provider.

"Misalnya dengan intersep langsung ke BTS, penyadap bisa mengambil semua informasi, baik SMS, Voice sampai data. Ini dilakukan tanpa harus melakukan penetrasi ke handphone target sadapan. Penyadapan pasif seperti ini tidak bisa dideteksi, karena tidak mengubah informasi apapun," jelas Pratama.

Ada juga penyadapan yang dilakukan institusi resmi dengan menggandeng provider. Penyadapan dengan menggandeng provider hampir mustahil diketahui. Karena kita tidak akan merasakan apapun.

"Telepon maupun SMS akan berjalan normal seperti biasa. Karena informasi didapatkan penyadap langsung dari provider," tambah Pratama.

Sementara itu, penyadapan aktif dilakukan dengan menggunakan bantuan BTS buatan atau BTS semu. BTS semu ini berfungsi mencegat sms, data maupun voice via OTA (on the air) sebelum menuju BTS asli.

Dalam proses intersep ini, penyadap bisa saja memodifikasi pesan, bahkan bisa bertindak sebagai pengirim pesan.

"Jadi ini sangat berbahaya karena bisa manipulasi informasi," kata Pratama yang pernah menjadi ketua tim IT Kepresidenan dari Lembaga Sandi Negara ini.

‎Penyadapan aktif juga bisa dilakukan dengan cara memasang bug ke dalam handphone seseorang. Model penyadapan jenis ini baru bisa diketahui melalui uji forensik. Nanti akan diketahui apakah ada bug, malware atau trojan di dalam handphone target penyadapan.

Ini berbeda untuk mengetahui apakah seseorang tengah disadap atau tidak. Untuk hal ini lebih sulit dibanding menyadap.

"Untuk  mengetahui adanya penyadapan secara OTA memerlukan alat counter surveillance signal detector and spectrum analyzer. Bisa menjangkau frekuensi 20 Khz sampai 24 Ghz. Alat ini bisa mendeteksi sinyal yang mencurigakan. Namun alat ini sangat mahal dan hanya diperjualbelikan untuk instansi negara," kata Pratama.

‎Demikian pula untuk mengetahui adanya BTS semu juga dibutuhkan alat khusus yang bernama GSM monitoring.

"Dengan GSM monitoring akan ketahuan, mana saja identitas BTS asli dan resmi dan BTS semu yang digunakan penyadap," kata Pratama.

Pratama mengajak para pejabat mulai waspada terhadap penyadapan. Bukan untuk menghindari KPK, namun info yang mereka miliki sangat rentan untuk disadap asing dan pihak tidak bertanggungjawab.

"Solusi menghindari penyadapan bukan dengan ganti nomor, ganti handphone, ganti IMEI atau memakai telepon jadul. Itu semua tidak akan berguna terhadap teknologi penyadapan saat ini. Satu-satunya yang bisa melawan aksi penyadapan adalah dengan teknologi enkripsi dan kriptografi. Itulah teknologi antisadap yang paling ampuh," jelas Pratama. (Ali)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.