Sukses

Bantuan Kemanusiaan Indonesia untuk Suriah

Suriah menyatakan membutuhkan bantuan medical supply, obat-obatan, vaksinasi, peralatan medis, ambulans dan rumah sakit lapangan.

Liputan6.com, Jakarta - Konflik bersenjata di Suriah yang memasuki tahun ke-4 telah menjadikan negara tersebut sebagai the most dangerous country on the earth atau negara terburuk sedunia. Lebih dari 9 juta penduduk sipil terlantar di pengungsian, baik di dalam Suriah maupun di negara sekitar, Turki, Yordania dan Lebanon. Di mana pun perang terjadi bisa dipastikan masyarakat sipil yang menjadi korban.

Hal tersebut diungkapkan Abdul Rahman Attar, President of The Syrian Arab Red Crescent(SARC) saat menerima Didi Wahyudi Pejabat Fungsi Politik Kedutaan Indonesia Damaskus di kantor pusat Bulan Sabit Merah Suriah di Damaskus, baru-baru ini.

Attar juga menambahkan bahwa pihaknya telah bekerja selama hampir 4 tahun membantu pengungsi dan korban perang di Suriah bersama lebih dari 40 Non-Government Organisation (NGO) asing lainnya, dengan memberikan pelayanan kesehatan melalui pendirian tenda pengobatan danmobile clinic.

Pada kesempatan itu Didi Wahyudi yang mewakili Indonesia mengungkapkan rasa keprihatinannya yang mendalam atas apa yang terjadi di Suriah, mengingat Suriah adalah negara sahabat Indonesia yang memiliki hubungan historis sejak lama, dan berharap konflik di Suriah akan segera berakhir demi kebaikan rakyat Suriah di masa yang akan datang. Didi Wahyudi juga mengucapkan terimakasih atas kerjasama SARC selama ini, yang turut membantu WNI dan TKI yang terperangkap di berbagai wilayah hot area.

Menjawab pertanyaan Didi Wahyudi terkait adanya tawaran kebutuhan bantuan kemanusiaan dari pihak Indonesia yang bisa disalurkan kepada rakyat Suriah, Attar mengatakan bahwa saat ini yang paling dibutuhkan adalah medical supply, obat-obatan, vaksinasi, peralatan medis, ambulans dan rumah sakit lapangan.

"Misi yang dijalankan SARC benar-benar penuh risiko, di mana mereka harus menjadi penengah antara Pemerintah dan oposisi serta kelompok bersenjata lainnya, karena mereka tidak hanya membantu korban dan pengungsi di wilayah yang dikuasai Pemerintah, mereka juga harus bisa masuk ke wilayah-wilayah hot area yang dikuasai kelompok-kelompok bersenjata untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan. Sejak 4 tahun terjadinya konflik bersenjata, tercatat telah jatuh 42 korban dari pihak SARC yang berada di garis terdepan penyaluran bantuan kemanusiaan," ujar Atta dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com di Jakarta, Rabu (28/1/2015).

Didi menambahkan, Pemerintah Indonesia sangat menghargai bantuan dan kerjasama pemerintah Suriah selama ini dan kedua negara telah bekerjasama secara erat di bidang bantuan kemanusiaan sebagai contoh pada tahun 2004 ketika terjadi tsunami di Aceh, rakyat Suriah turut memberikan bantuan yang dikirim oleh 2 pesawat militer dan mendarat di Batam, membawa lebih dari 40 bantuan kemanusiaan. (Riz)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.